Penulis
Intisari-Online.com - China dan India tengah berada dalam situasi yang memanas.
Pada Senin (15/6/2020) lalu, kedua negara ini mengalami bentrok tanpa senjata api yang menewaskan puluhan tentara dari kedua belah pihak.
Dari pihak India sendiri mengumumkan 20 prajuritnya tewas dalam pertempuran sengit itu, termasuk seorang kolonel.
Sementara China mengumumkan telah menderita 43 korban, namun tidak merinci berapa jumlah korban tewas dan terluka.
Melansir Daily Mail, Pada Rabu (17/6/2020) China menyiarkan latihan militer langsung di dataran tinggi Tebet.
Itu dilakukan ketika India memperingatkan tentang 'balasan yang pantas' setelah 20 prajuritnya tewas di perbatasan Himalaya yang disengketakan.
Dikabarkan bahwa TV pemerintah Komunis itu memperlihatkan cuplikan artileri dan tank yang menghancurkan lanskap gurun saat 7.000 serangan simulasi infanteri terhadap posisi-posisi yang dibentengi sekitar 600 mil dari pertempuran mematikan Senin di Lembah Sungai Galwan.
Pertempuran yang terjadi Senin kemarin sendiri tidak melibatkan senjata api karena keduanya di bawah perjanjian damai.
Kedua belah pihak sepakat untuk tidak membawa senjata dalam jarak 2 km dari perbatasan yang disengketakan.
Rupanya meski tanpa senjata api, banyaknya korban berasal dari pukulan tongkat dan batu.
China dan India pun disebut-sebut berada di ambang perang.
Meski tampaknya masih diupayakan jalur perdamaian.
Perdana Menteri India, Narendra Modi, angkat bicara terkait keributan yang terjadi.
Ia mengungkapkan jika pengorbanan para prajurit tidaklah sia-sia.
Kemudian India menginginkan perdamaian, namun jika terus terjadi konfrontasi dan permusuhan, maka itu dapat dan akan ditanggapi dengan 'tepat' apa pun situasinya.
Di sisi lain, China menyiarkan gambar latihan militer yang intensif, dengan ketinggian 15.419 kaki dan menampilkan beberapa senjata paling kuat di negara itu, termasuk tank ringan Tipe 15, rudal anti-tank HJ-10, peluncur roket Tipe 11 dan artileri self-propelled Type 07A.
Sayangnya, masih belum jelas kapan pelatihan berlangsung, tetapi CCTV mengatakan itu dilakukan oleh PLA yang ditempatkan di Wilayah Militer Tibet, yang menangani ancaman dari negara-negara di sekitar Tibet, termasuk India.
Rekaman yang ditayangkan di televisi pemerintah menunjukkan tentara mengirimkan pesawat pengintai, meluncurkan meriam, membentuk pola serangan dengan tank dan truk militer, dan menembaki pesawat tempur musuh.
Di Beijing, juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian mengatakan bentrokan itu meletus setelah tentara India 'melewati batas, bertindak secara ilegal, memprovokasi dan menyerang Cina, yang mengakibatkan kedua belah pihak terlibat dalam konflik fisik yang serius dan cedera dan kematian'.
Atas bentrokan yang terjadi diantara dua negara yang mengembangkan nuklir itu, Perserikatan Bangsa-bangsa mendesak keduanya untuk melakukan 'pengekangan maksimum'.
"Kami prihatin dengan laporan kekerasan dan kematian di Garis Kontrol Aktual antara India dan China," kata juru bicara PBB Eri Kaneko.
"Kami mencatat positif laporan bahwa kedua negara telah bertunangan untuk meningkatkan situasi," sambungnya.
Sementara para ahli mengatakan kedua negara tidak mungkin menuju ke perang, namun mereka juga percaya meredakan ketegangan dengan cepat akan sulit.
Baca Juga: Begini Cara Kerja Pembayaran Lewat WhatsApp yang Sudah Hadir di Brazil