Find Us On Social Media :

Kebrutalan Jennifer Pan, 'Anak Emas' yang Habisi Nyawa Orangtuanya Secara Sadis Karena Muak Selalu Dituntut untuk Berprestasi hingga Depresi

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 13 Juni 2020 | 18:24 WIB

Kisah Jennifer Pan, 'Anak Emas' yang Bunuh Orangtuanya Karena Dituntut Harus Berprestasi

Mendapatkan nilai B masih lumayan bagi siswa lain, namun, di keluarga Jennifer merupakan itu aib.

Untuk menutupinya, Jennifer memalsukan raportnya, menutupi ketidakmampuannya.

Meski demikian, nilainya masih lumayan, ia pun diterima di Ryerson University di Toronto.

Namun, tak jadi mendapatkannya, gara-gara gagal dalam mata pelajaran kalkulus di akhir masa studinya.

Tak ingin mengecewakan orangtuanya, perempuan berkacamata itu berpura-pura kuliah.

Baca Juga: Obat penurun panas bayi 0 – 6 bulan, Berikan Parasetamol Tapi....

Ia mengaku akan belajar sains selama 2 tahun di Ryerson University, sebelum melanjutkan kuliah di jurusan farmasi di University of Toronto yang terkemuka.

Jennifer mengumpulkan buku-buku bekas, berbohong bahwa ia mendapatkan beasiswa sehingga orangtuanya tak curiga mengapa mereka tak pernah dimintai uang untuk membayar kuliah.

Tiap pagi Jennifer pamit kuliah pada orangtuanya. Namun, bukannya menuju kampus, ia pergi ke sebuah perpustakaan.

Tiba saat wisuda, gadis berambut hitam itu kembali berbohong dengan mengatakan, undangan yang dibagikan pada pihak orangtua terbatas.

Gara-gara ketahuan berbohong, orang tua Jennifer semakin bersikap keras.

Kebohongan itu berjalan lancar, hingga suatu ketika Bich dan Hann curiga dengan perilaku putri mereka.

Keduanya pun menguntit Jennifer yang mengaku bekerja di sebuah rumah sakit.

Baca Juga: Ini Dia Daftar RS dan Laboratorium Bisa Lakukan Tes Corona, Tarif Dimulai Dari Rp 109.000, Catat Ya

Saat dusta itu terungkap, tak hanya hati orangtuanya yang hancur.

Jennifer pun makin tertekan, Bich dan Hann makin keras pada putrinya yang kala itu berusia dewasa.

Telepon genggam dilarang, komputer menjadi barang haram, Jennifer pun tak boleh berkencan dengan kekasihnya Daniel Wong.

Bahkan, odometer atau penunjuk jarak pada mobil selalu dipantau.

Jennifer diperintahkan melanjutkan pendidikannya.

Pengawasan ketat pun diberlakukan pada perempuan dewasa itu.

Daniel kemudian memutuskan hubungan. Itu menjadi titik krisis baginya.

Setelah putus, Jennifer dekat dengan pria bernama Andrew Montemayor, teman sekolahnya saat SD.

Ia pun mulai berpikir bagaimana untuk lepas dari segala tekanan.

Bersama Montemayor dan teman sekamar kekasih barunya itu, Ricardo Duncan, mereka merancang sebuah plot.

Namun, apa yang mereka rancang hanya sekadar rencana hingga hubungan mereka bubar.

Baca Juga: Masker Lidah Buaya untuk Mengatasi Kerut pada Wajah, Begini Caranya

Jennifer pun dekat lagi dengan Daniel. Mereka berencana untuk menyewa tukang pukul.

Untuk memberi pelajaran pada "orangtua yang dianggap terlalu mengekang".

Jennifer mendapatkan ponsel baru dari Daniel, juga kontak ke seorang pria bernama Lenford "Homeboy" Crawford yang meminta duit 10 ribu dolar Kanada untuk mengerjai orangtua perempuan itu.

Entah bagaimana awalnya, rencana itu menjadi plot pembunuhan.

Merasa itu kelewatan, Daniel mundur.

Suatu malam pada tahun 2010, Jennifer memutuskan untuk mengeksekusi rencananya.

Kala itu, jarum jam menunjuk ke pukul 22.00. Crawford, Mylvaganam, dan pria ketiga bernama Eric Carty memasuki pintu depan rumah target. Mereka semua membawa senjata.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Tak Kunjung Ditemukan, Ilmuwan Indonesia Malah Berhasil Kembangkan Kombinasi Obat Buatan Dalam Negeri

Bich dan Hann dipaksa turun ke lantai bawah. Kepala mereka ditutupi selimut.

Sang ayah, Hann ditembak 2 kali, salah satunya di bagian muka.

Sementara ibunya, Bich ditembak 3 kali di kepala dan tewas seketika.

Ajaibnya, Hann selamat dan mengingat semua yang terjadi pada momentum mengerikan itu.

Pada 2014, pengadilan atas kasus tersebut digelar.

Baca Juga: Hati-hati, Terlalu Sering Minum Teh Bisa Sebabkan Kondisi Berbahaya Ini

Saat vonis bersalah dijatuhkan, Jennifer tak menunjukkan emosinya. Datar. Namun, saat awak media meninggalkan ruang sidang, ia menangis dan gemetar tak terkendali.

Dengan dakwaan tingkat pertama, Jennifer divonis seumur hidup, tanpa kesempatan mengajukan pembebasan bersyarat selama 25 tahun.

Ia berusia 28 tahun saat duduk sebagai pesakitan.

"Dan untuk dakwaan percobaan pembunuhan terhadap ayahnya, ia juga divonis menerima hukuman seumur hidup, yang akan dijalani secara bersamaan." Carty, Mylvaganam, dan Crawford masing-masing menerima hukuman serupa.

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Miris, Gadis Jenius Ini Bunuh Orangtuanya Karena Depresi Dituntut Harus Berprestasi

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari