Penulis
Intisari-online.com -Amerika, layaknya negara lain, tengah berperang dengan Covid-19.
Presiden Donald Trump telah ingatkan bagi semua warga untuk gunakan masker demi lindungi orang lain.
Hal tersebut menjadi titik balik budaya dan politik saat ini di Amerika.
Namun, Trump sendiri langgar aturan yang ia buat itu.
Baca Juga: Beribu Manfaat Daun Saga, Salah Satunya Bisa Sembuhkan Sariawan!
Dikutip dari CNN International, kelakuan Donald Trump di mimbar politik untuk menentang saran pemerintahannya terkait penggunaan masker telah menjadi penghinaan ideologi ilmiah dan kemanusiaan.
Ketidaktaatannya adalah simbol penolakannya untuk mengadopsi cara Presiden menghadapi krisis yang bisa ditiru oleh warganya.
Lebih buruk lagi, kebiasaan buruknya itu memberi keuntungan bagi lawan politiknya untuk menjatuhkannya pada pemilu Amerika November mendatang.
Episode ini terurai dalam momen intens dari cuitan Twitter Trump yang dianggap mengaburkan fakta.
Baca Juga: Ini 7 Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Indonesia, Sebagian Besar di Pulau Jawa
Tercatat, Trump dan administrasinya mengejek lawan politik sekaligus calon Presiden dari Demokrat 2020 Joe Biden atas penggunaan masker di publik.
Komentator konservatif mengatakan tindakan Joe Biden sebagai tindakan elit liberal menakut-nakuti warga.
Tidak terima dengan hal itu, Biden, dalam wawancaranya setelah peraturan di rumah saja muncul, membalas Trump.
Ia mengatakan perilaku Presiden yang "macho" dan "pura-pura maskulin" justru sebabkan lebih banyak kematian di Amerika akibat Covid-19.
"Dia orang bodoh, sungguh orang bodoh yang berbicara demikian.
"Maksudku, semua pemimpin dunia mengatakan nda semua harus memakai masker saat di keramaian," ujar Biden.
"Khususnya saat Anda tahu Anda akan berada dalam posisi berdekatan dengan orang-orang kurang dari semeter."
Mantan wakil presiden tersebut memperjelas pernyataannya dengan membagikan foto profil Twitter dengan cara ia menatap bergaya koboi kepada kamera dengan masker hitam.
Konflik politik mengenai selembar kain yang digunakan untuk masker menjadi lebih ketat semenjak Amerika mencatat lebih dari 100.000 kematian sampai saat ini.
Pandemi Covid-19 juga telah memburuk di 17 negara bagian.
Aksi ini tunjukkan bagaimana peringatan pencegahan saat krisis telah terpolitisasi.
Tentunya ini adalah skenario terburuk yang membuat efektivitas usaha para tenaga medis sia-sia saja.
Terurai juga banyak negara bagian tidak ikuti aturan dari White House dan mulai membuka kembali negara bagian mereka.
Hal itu membuat rasa takut di antara ahli kesehatan terhadap virus tersebut meningkat.
Dalam kondisi demikian, sebuah masker mungkin merupakan perlindungan terakhir melawan infeksi di tempat kerja.
Selanjutnya etiket penggunaan masker Presiden akan diperhatikan dengan serius pada hari ini, saat ia terbang ke Florida.
Ia pergi ke Florida dalam rangka bertemu keluarganya untuk melihat penerbangan astronot, misi terbaru NASA setelah 9 tahun.
NASA sendiri telah meminta warga Amerika tidak memamerkan aksi ini, karena takut akan ada keramaian yang menonton peluncuran roket dan menjadi tempat penyebaran virus Corona.
Masker sebetulnya tidak perlu menjadi isu partai politik.
Banyak gubernur dari Partai Republik yang dengan kuat mendukung Trump tetap ingatkan warganya untuk gunakan masker.
Hal tersebut untuk mengimbangi pembukaan negara bagian yang mereka pimpin tanpa ada infeksi Covid-19 lebih banyak lagi.
Kontroversi masker dimulai bulan lalu, saat Wakil Presiden Mike Pence mengunjungi rumah sakit di Minnesota dan menolak untuk menggunakan masker.
Tindakannya diterjemahkan oleh kritikus sebagai usaha untuk hindari perbedaan paham dengan Donald Trump.
Konyolnya, banyak yang sekarang menganggap pilihan politik warga Amerika ditentukan oleh apakah mereka menggunakan masker atau tidak.
Meski begitu, banyak anggota Partai Republik yang memegang kekuasaan di berbagai negara bagian yang berusaha untuk menghindari 'peperangan masker' tersebut.
Contohnya adalah yang dilakukan anggota Partai Republik Gubernur North Dakota, Doug Burgum.
Ia mengisukan permohonan emosional kepada warganya untuk pertimbangkan kesehatan orang lain dan abaikan 'garis pembatas tidak masuk akal'.
"Jika seseorang menggunakan masker, mereka tidak lakukan itu untuk tunjukkan partai politik mana yang mereka dukung atau kandidat mana yang akan mereka pilih.
"Mereka mungkin menggunakannya karena mereka memiliki anak berumur 5 tahun yang sedang jalani pengobatan kanker.
"Mereka mungkin memiliki orang tua yang rentan terhadap berbagai penyakit di keluarga mereka.
"Mungkin mereka memang sakit Covid-19 dan berusaha melawannya," ujar Burgum.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini