Penulis
Intisari-online.com - Wabah virus corona membuat Amerika Serikat harus mengahdapi krisis ekonomi mengerikan.
Amerika Serikat (AS) berencana menerbitkan obligasi senilai US$ 3 triliun atau senilai Rp 45.300 Triliun.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan AS tersebut akan memberi dampak pada Indonesia.
"Dampaknya memang ada dua, ke pasar obligasi dan ke nilai tukar rupiah kita," terang Perry, Rabu (6/5) via video conference.
Bila AS kembali menerbitkan obligasi senilai US$ 3 triliun, berarti suplai US Treasury akan meningkat sehingga likuiditasnya pun akan meningkat.
Ini bisa berpotensi meningkatkan suku bunga US Treasury.
Meski begitu, Perry melihat bahwa peningkatan suku bunga tersebut tidak akan terlalu tinggi, sehingga membuat Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia masih akan tetap dilirik oleh investor global.
"Memang suku bunga akan naik, tapi nggak terlalu tinggi. Kalau lihat yield, SBN kita yang bunganya 7,9% - 8,08%. Perbedaan suku bunganya masih tinggi sehingga masih menarik investor global untuk membeli SBN kita," tambah Perry.
Ia menambahkan, penerbitan obligasi ini berpotensi membuat dollar AS melemah.
Dengan pelemahan dollar AS dan masih adanya prospek inflow ke SBN Indonesia, maka ini menjadi peluang emas bagi penguatan nilai tukar rupiah ke depan.
"Jadi kekuatan dollar berkurang dan inflow ke Indonesia masih tinggi. Jadi masih ada ruang penguatan rupiah. Itu pengaruhnya," imbuh Perry.
Perbandingan Utang AS dan Indonesia pada Februari Lalu
Utang Amerika Serikat ( AS) dilaporkan mencapai 22 triliun dollar AS, atau Rp308.709 triliun, pertama dalam sejarah negara itu.
Sedangkan Indonesia diketahui memiliki utang sebesar Rp5.257 triliun menurut data dari Kementrian Keuangan Indonesia.
Pernyataan harian Kementerian Keuangan AS pada Selasa (12/2/2019) menunjukkan utang nasional telah berada di angka 22,01 triliun dollar AS, atau Rp 308.872 triliun.
Dilaporkan New York Post, sebagai perbandingan, utang AS mencapai 19,95 triliun dollar AS, sekitar Rp 279,954 triliun, ketika Presiden Donald Trump dilantik pada Januari 2017.
Utang itu meningkat sejak Trump memperkenalkan paket kebijakan pemotongan pajak 1,5 triliun dollar AS, atau Rp 21.046 triliun.
Kemudian tindakan Kongres AS pada tahun lalu untuk meningkatkan anggaran belanja di sektor domestik serta program militer.
USA Today memberitakan, AS menambah utang baru 1 triliun dollar AS, atau Rp 14.033 triliun, dalam 11 bulan terakhir.
Michael Peterson, kepala lembaga think tank tanggung jawab fiskal Yayasan Peter G Peterson berkata, angka terbaru itu merupakan peringatan.
Menurut Peterson, mencapai angka 22 triliun dollar AS menunjukkan kondisi fiskal negara tidak sekadar tak berkelanjutan, namun mengalami percepatan.
"Utang nasional kami yang semakin meningkat memberi permasalahan karena bisa mengancam masa depan ekonomi setiap warga Amerika," terangnya.
Peterson menjelaskan, bunga utang Negeri "Uncle Sam" saja mencapai 1 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 14 triliun, setiap harinya.
"Jika kami meminjam triliun demi triliun lagi, maka suku bunganya membebani ekonomi, dan menyulitkan pendanaan investasi di masa depan," papar Peterson.
Utang nasional juga bisa menyulitkan pemerintah menangkal resesi di masa depan maupun fokus kepada program yang membantu orang miskin.
Utang nasional merupakan total defisit anggaran tahunan AS. Kantor Anggaran Kongres AS (CBO) mematok defisit tahun ini mencapai 897 miliar dollar AS, atau Rp 12.581 triliun.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan 15,1 persen dibanding defisit 2017 yang mencapai 779 miliar dollar AS, atau Rp 19.925 triliun.
CBO memproyeksikan kenaikan defisit itu bakal terus meningkat, dan berada di titik 1 triliun AS pada awal 2022, dan tidak turun selama 2029.
Kebanyakan dari defisit tersebut dilaporkan berasal dari tingginya pendanaan keamanan sosial dan jaminan medis generasi Baby Boomers yang pensiun.
Tim ekonomi Trump bersikukuh pemotongan pajak pada akhirnya bakal terbayar dari pertumbuhan ekonomi yang cepat.
Namun, argumentasi tersebut ditolak oleh kalangan ekonom baik dari sayap kiri maupun kanan.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judulAS akan terbitkan obligasi hingga US$ 3 triliun, bagaimana dampaknya ke Indonesia?
Artikel ini tayang padaKompas dengan judul Jumlah Utang Amerika Serikat Terus Membengkak, Hampir 60 Kali Lipat Lebih Besar dari Utang Indonesia