Find Us On Social Media :

Nilai Tukar Mata Uang Negaranya Anjlok dan Harga Makanan Melambung Tinggi, Demonstran Bakar Bank dan Lempar Granat ke Pasukan Keamanan, Tinggal Selangkah Menuju Kekacauan Total

By Maymunah Nasution, Rabu, 29 April 2020 | 08:49 WIB

Demonstrasi menentang pemerintahan yang korup dilakukan rakyat Lebanon menggunakan mobil pada Selasa (21/4/2020). Demonstran mengendarai mobil untuk mematuhi aturan social distancing demi mencegah penyebaran Covid-19.

Intisari-online.com - Saat ini dampak paling buruk dari pandemi Covid-19 adalah dampak ekonomi yang harus diemban masing-masing negara.

Faktanya tidak semua negara cukup kaya untuk tetap bisa menghidupi rakyatnya meskipun tidak memiliki pemasukan sepeserpun.

Salah satunya adalah negara Lebanon.

Sudah sering diketahui negara-negara Timur Tengah memiliki konflik internal yang sudah hampir melumpuhkan negara mereka.

Baca Juga: Isi Kereta Kim Jong Un, Tempat Sang Tiran Ditemani Kippumjo Alias 'Brigade Budak Nafsu,' 20 Gerbongnya Menawarkan Ekses Mencolok Dinasti Kim

Oleh sebab itu saat negara mereka dihantam oleh pandemi dan kebijakan pengurangan aktivitas ekonomi diberlakukan untuk kurangi penularan virus Corona, kerusuhan bisa menjadi jauh lebih parah.

Mengutip Kontan.co.id seorang pengunjuk rasa di Lebanon tewas ditembak polisi pada Selasa (28/4/2020) akibat bentrokan keras kedua kubu saat pelaku demonstrasi mengabaikan jam malam.

Mereka kembali melakukan aksi turun ke jalan karena marah atas anjloknya nilai tukar mata uang dan lonjakan harga makanan.

Melansir Arab News, ratusan pengunjuk rasa menyerang sejumlah bank dan membakar kendaraan militer ketika melakukan aksi demonstrasi jalanan di Tripoli.

Baca Juga: Masih Menjadi Pertanyaan di Mana Keberadaannya, Kim Jong-Un Disebut Menteri Korsel Mungkin Sembunyi karena Covid-19, ini Temuannya

Dalam waktu singkat, kondisi itu berubah menjadi kerusuhan.

Enam perwira militer Libanon terluka ketika pasukan menghadapi demonstran dengan gas air mata dan peluru karet.

Aksi militer Lebanon melukai lebih dari 40 orang.

Seorang pengunjuk rasa yakni Fawaz Al-Samman, 26 tahun, dilarikan ke rumah sakit setelah terkena peluru karet selama bentrokan.

Baca Juga: Selama 64 Tahun Hidup Bersama, Wanita Ini Tak Pernah Tahu Pekerjaan Suaminya, Ia Baru Temukan Kenyataan Mengejutkan Setelah Suaminya Meninggal

Akan tetapi, Al-Samman meninggal dunia karena luka-lukanya.

Ratusan orang berkumpul di pemakaman korban, mengabaikan larangan pertemuan besar untuk mengekang penyebaran virus Corona.

Ayah Al-Samman menggambarkan putranya sebagai salah satu dari orang-orang yang lapar.

Komando militer Lebanon kemudian menyatakan "penyesalan mendalam atas jatuhnya martir selama protes pada hari Senin" dan mengatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan penyelidikan atas insiden tersebut.

Baca Juga: Ketakutan Temukan Tanda Hitam di Atap Mulut Putrinya, Ibu Ini Jadi Tertawa dan Malu Begitu Benda Itu Berhasil Dikeluarkan

Tentara menuduh ada penyusup yang menghasut kekerasan, dan mengatakan bahwa sembilan orang telah ditangkap karena membakar bank dan kendaraan militer.

Bahkan ada yang melemparkan granat tangan ke pasukan keamanan.

Protes anti-pemerintah di Libanon muncul sejak pekan lalu ketika pemerintah mulai mengurangi penguncian yang bertujuan untuk membatasi penyebaran virus Corona.

Setelah aksi protes menyebar ke Beirut pada hari Selasa, ratusan aktivis berpawai di Lapangan Martir, meneriakkan slogan "revolusi", menghalangi jalan dan melemparkan batu ke kendaraan militer.

Baca Juga: Harga Masker dan Hand Sanitizer Sempat Naik Gila-gilaan, Kini Harganya Kembali Normal, Penyebabnya?

Para pengunjuk rasa juga membakar Bank Audi di Ras Al-Nabaa.

Koordinator khusus PBB di Libanon, Jan Kubitsch, mengatakan bahwa peristiwa tragis di Tripoli adalah sinyal peringatan bagi para pemimpin politik negara itu.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk menyerang bank.

"Sebaliknya, itu adalah saat ketika dukungan konkret harus diberikan kepada mayoritas rakyat Lebanon yang putus asa, miskin, dan kelaparan di seluruh negeri," jelas Kubitsch.

Baca Juga: Catat Hampir 27.000 Kematian, PM Italia Tetap Akan Buka Kuncian Corona Secara Bertahap Meski Dapat Kecaman

Perdana Menteri Libanon Hassan Diab di hadapan sidang kabinet mengatakan, adalah wajar bagi masyarakat untuk turun ke jalan dan mengekspresikan kemarahan mereka, terutama setelah ditemukan ada upaya politik untuk mencegah pemerintah membuka penyelidikan terhadap korupsi.

Namun, ia mengatakan bahwa serangan itu mengungkapkan adanya niat jahat kelompok tertentu untuk mengguncang stabilitas keamanan Libanon. "Itu bermain api. Merusak stabilitas tidak diperbolehkan,” tegasnya.

Suleiman Frangieh, pemimpin Gerakan Marada, mengatakan: "Kami menuju ke tahapan buruk dan keras yang membutuhkan kesabaran, kekuatan dan keyakinan."

Sementara itu, pada hari Selasa, organisasi politik Hizbullah akhirnya melunak dengan mengatakan bahwa gubernur bank sentral Riad Salameh tidak bertanggung jawab seorang diri atas kebijakan moneter yang telah membawa negara itu ke jurang kehancuran.

Baca Juga: Tangkal Gerd dengan Berbagai Makanan untuk Penderita Asam Lambung ini

“Salameh bertanggung jawab, tetapi dia tidak sendirian.

"Krisis saat ini adalah hasil akumulasi kebijakan bertahun-tahun dari pemerintahan sebelumnya,” kata Sheikh Naim Kassem, wakil pemimpin Hizbullah.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Situasi memanas, Lebanon di ambang kekacauan"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini