Penulis
Intisari-online.com - Seorang jurnalis yang hilang karena mengungkap realita sebenarnya soal virus corona di China akhirnya muncul kembali.
Jurnalis tersebut adalah Li Zehua, dia mengaku ditahan oleh polisi dan dikarantina secara paksa setelah bepergian ke Wuhan pada masa krisis virus corona.
Mengutip Daily Star pada Kamis (23/4/2020), Li Zehua menghilang selama hampir dua bulan, setelah memposting video yang mengungkap situasi di Wuhan.
Li mengatakan dia ditahan dan dikarantina secara paksa oleh polisi yang menangkapnya.
Diketahui Li adalah seorang wartawan yang bekerja untuk stasiun TV CCTV, saat itu dia bertugas melakukan penyiaran ke Wuhan untuk mewartakan krisis virus corona.
Pada 17 Februari, dia memposting video yang mengklaim komite lingkungan telah mencoba menutupi informasi infeksi di masyarakat.
Kemudian, pada bulan itu dia mengklaim bahwa agen keamanan negara mengejarnya.
Sebelum rekaman berakhir dengan mendadak karena kejaran itu, tiba-tiba ada dua orang memasuki apartemennya.
Dalam sebuah video yang dipostingnya di Youtube, blog, Weibo dan Twitter, Li mengatakan mereka membawanya ke kantor polisi setempat.
Dia diberi tahu sedang diselidiki, dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum, lapor The Guardian.
Polisi mengatakan, mereka tidak akan menuntut Li, sebagai gantinya dia harus dikarantina.
Kemudian, jejak Li menghilang dan menghabiskan waktunya di karantina yang terungkap dua bulan setelahnya.
Dia dikarantina di Wuhan dan kembali ke kota asalnya dua bulan kemudian.
Dia dilayani tika kali sehari, diawasi oleh penjaga kemanan.
Setelah itu dia dibebaskan oleh polisi pada 28 Maret dan mengatakan telah banyak menghabiskan waktu di sana tanpa diketahui keluarganya.
Dia mengatakan,"sepanjang waktu polisi bertindak secara sipil dan legal, memastikan saya beristirahat dan makan mereka mungkin peduli padaku."
Li menambahkan, "Semoga Tuhan memberkati Tiongkok dan orang-orang dunia bersatu."
Komentar patriotiknya berbeda dengan saat dirinya berbicara di video ketika mencoba mengungkap situasi sebenarnya di Wuhan.
Sementara itu, Radio Free Asia melaporkan bahwa Li mungkin menjadi sasaram polisi rahasia setelah tertangkap basah pernah mengunjungi Institute Virologi Wuhan.
Dua pelapor lain yang mencoba melaporkan skala sebenarnya dari wabah virus corona di China juga masih diyatakan hilang.
Dua orang yang dimaksud adalah, Chen Qushi dan Fang Bing yang belum diketahui keberadaannya sejak Februari lalu.
Sementara itu China kini menjadi sasaran kemarahan beberapa negara besar seperti Inggris, Jeman, Prancis, hingga Amerika Serikat.
Mereka menyebut China menutupi informasi penting soal virus corona, dan mencoba menciptakan penyebaran dengan membendung informasi awal sehingga respon dunia terlambat.
Selain itu China juga baru-baru ini merevisi jumlah kematian sebenarnya naik 50% dari laporan awal, ini membuatnya semakin dituduh menutupi jumlah kematian akibat Covid-19 di China.