Jadi Penyebab Kematian R.A Kartini di Usia 25 Tahun, Kenali Gejala Keracunan Kehamilan yang Banyak Dialami Ibu Hamil Lainnya

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Tahukah Anda bahwapejuang emansipasi wanita Raden Ajeng (RA) Kartini meninggal di usia yang sangat muda?

Ya, R.A Kartini meninggal di usia 25 tahun.

Dan R.A Kartini dinyatakan meninggal dunia empat hari setelah melahirkan anaknya, buah perkawinan dengan Raden Adipati Joyodiningrat.

Kartini mengalami komplikasi saat melahirkan putra pertamanya yang diakibatkan sebuah penyakit bernama keracunan kehamilan atau preeklampsia.

Baca Juga: Demi Tembak Mati Jenderal Vietcong, Sniper AS Ini Rela Merayap Sejauh 2,5 Km Selama 4 Hari Berturut-turut

Memang, penyakit ini menjadi momok kedua paling menakutkan bagi ibu yang akan melahirkan.

Preeklamsia adalah penyakit keracunan kehamilan setelah kehamilan berusia 20 minggu.

Preeklamsia umumnya muncul di trimester ketiga.

Baca Juga: Tak Seperti Ibunya, Kisah Soesalit Djojoadhiningrat, Putra Semata Wayang R.A Kartini Ini Jarang Diketahui, Ternyata Dia Pernah Terseret Pusaran Komunisme

Beberapa hal diduga menjadi penyebabnya.

Seperti kehamilan ganda, hidramnion (kembar air), hipertensi, semakin tua usia kehamilan dan sebagainya.

Preeklamsia bisa menyebabkan keguguran, bayi berat lahir rendah, bahkan kematian namun preeklamsia ringan jarang mengakibatkan kematian ibu

Sebagai jaga-jaga, ibu hamil perlu mewaspadai gejala-gejala keracunan kehamilan.

Bila muncul gejala ini,segera bawa ke dokter untuk mendapatkan kepastian apakah telah terjadi preeklamsia atau karena sebab yang lainnya.

Semakin cepat preeklampsia terdeteksi semakin cepat pula gangguan ini akan tertangani.

Berikut gejala-gejala keracunan kehamilan atau preeklamsia

1.Tekanan darah tinggi

Tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih (harus naik 30 mmHg atau lebih atas tekanan yang biasanya), tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (harus naik 15 mmHg atau lebih atas tekanan yang biasanya).

Baca Juga: Walau Ada 6.500 Kasus di Tanah Air, Presiden Jokowi Yakin Pandemi Covid-19 Selesai di Akhir Tahun 2020, 'Lalu Sektor Pariwisata Akan Langsung Tumbuh Pesat'

2.Proteinuria

Proteinuria adalah protein dalam urine dengan konsentrasi melebihi 0,3 g/liter yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.

3.Edema

Edema adalah pembengkakan pada kaki, jari tangan atau muka sebagai akibat penimbunan cairan.

Bisa juga terlihat adanya kenaikan berat badan 1 kg seminggu selama beberapa kali.

Pencegahan dan Penanganan

Supaya tidak terjadi preeklamsia, ibu hamil harus mengatur pola makannya dengan mengonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah garam.

Dengan begitu, berat badan tidak bertambah secara berlebihan dan preeklamsia bisa dihindari.

Baca Juga: Ibunda Nunung Srimulat Meninggal Karena Kanker Lidah, Awas Makan-makanan yang Panas Bisa Jadi Penyebabnya

Selain itu dengan semakin tuanya usia kehamilan sebaiknya ibu hamil juga mendapat istirahat yang cukup.

Tidak berarti harus berbaring di tempat tidur, tapi setidaknya jangan lagi melakukan aktivitas fisik yang berat.

Namun bila telah terjadipreeklampsia, dokter akan melakukan penanganan yang bertujuan mencegah terjadinya preeklampsia berat bahkan eklamsia, menyelamatkan nyawa janin, melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

Pada preeklampsiaringan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk istirahat.

Dengan beristirahat akan mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar sehingga tekanan darah akan turun dan edema berkurang.

Pada kasus yang berat ibu hamil harus dirawat di rumah sakit untuk mencegah timbulnya kejang dan dokter akan memberikan obat serta tindakan yang dianggap perlu.

(Saeful Imam)

(Artikel ini sudah tayang di nakita.grid.id dengan judul "Dulu, RA Kartini Meninggal karena Alami Keracunan Kehamilan, Yuk Kenali Gangguan yang Banyak Dialami Ibu Hamil ini!")

Baca Juga: Kanker Lidah yang Renggut Nyawa Ibunda Nunung Srimulat Kerap Kali Tak Dikenali, Tandanya Mirip Sariawan Tapi Tiba-tiba Sudah Stadium 4

Artikel Terkait