Find Us On Social Media :

Pria Pengidap HIV Ini Justru Dibayar untuk Meniduri Ratusan Wanita dalam Sebuah Ritual Pembersihan

By Intisari Online, Rabu, 25 April 2018 | 12:15 WIB

Intisari-Online.com - Seorang pria yang baru-baru ini terkenal karena dibayar untuk melakukan hubungan seks dengan anak-anak di bawah umur sebagai ritual adat ‘pembersihan’ akhirnya ditangkap polisi.

Tindakan tersebut diambil setelah sang pria tersebut terbukti menyebarkan HIV saat berhubungan seks dengan 100 remaja perempuan desa.

Pria itu bernama Eric Aniva, warga Nsanje, Malawi selatan. Dia dibayar untuk hubungan seks tersebut sebagai bagian dari ritual adat atau tradisi untuk “pembersihan”.

Di daerah terpencil di Malawi itu adalah dianggap lumrah ketika anak-anak gadis berusia pubertas dipaksa berhubungan seks dengan seorang pria pekerja seks yang disebut "hyena".

Baca juga: Untuk Menghormati Putri Diana, Kate Middleton Kenakan Pakaian yang Sama Saat Memperkenalkan Putranya ke Dunia

Para tetua adat menganggap tindakan ini bukan pemerkosaan, melainkan sebagai bentuk ritual "pembersihan".

Eric Aniva dalam sebuah wawancara dengan BBC mengaku telah tidur dengan gadis-gadis dan dibayar empat dan tujuh dollar AS oleh masing-masing keluarga gadis itu.

Di Nsanje ini, remaja perempuan setelah mendapatkan menstruasi pertama, mereka dipaksa berhubungan seks hingga tiga hari.

Tradisi aneh ini dilakukan masyarakat setempat untuk menandai peralihan dari masa anak-anak ke wanita dewasa.

Baca juga: Kaget, Koin Lawas Seribu Rupiah Gambar Kelapa Sawit Ini Dijual dengan Harga Jutaan!

Ritual ini diyakini untuk melatih anak-anak perempuan untuk menjadi istri yang baik dan untuk melindungi mereka dari penyakit atau musibah yang bisa menimpa keluarga mereka atau desa mereka.

"Aniva ditangkap pada Senin (25/7/2016), setelah ia dipanggil ke kantor saya," kata komisaris polisi distrik setempat Hadiah Lapozo kepada Agence France-Presse (AFP), Selasa (26/7/2016).

Dalam wawancara dengan BBC minggu lalu, Aniva mengaku terinfeksi HIV dan tidur dengan setidaknya 100 perempuan tanpa menggunakan pengaman.