Find Us On Social Media :

Kecoak Bisa Hidup Sebulan Tanpa Kepala, Keberadaannya Justru Tanda Rumah Kita Bersih

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 12 April 2018 | 21:00 WIB

Intisari-Online.com – Binatang kecil pipih berkaki enam yang bergerigi ini biasa muncul di malam hari dari balik dinding atau gorong-gorong.

Kemunculannya sering bikin orang jijik melihatnya. Apalagi, ia termasuk serangga yang susah dibasmi.

Kecoak atau lipas sudah ada sejak 300 juta tahun silam tanpa banyak berevolusi. Warnanya cokelat merah kehitaman. Ia ditakdirkan untuk bisa bertahan di segala musim dan iklim, baik panas menyengat atau dingin membeku.

Mereka bahkan lebih resisten terhadap radiasi dibandingkan dengan makhluk lain. Faktanya, hanya kecoak yang selamat pada Perang Dunia II.

BACA JUGA: Pantas Saja Populasi Kecoak Seperti Tidak Ada Habisnya, Ternyata Ini Rahasia Kelangsungan Hidup Mereka

Saat ini, lebih dari 3.000 spesies kecoak menghuni planet Bumi. Mereka tinggal di dalam rumah, menyusup ke rumah sakit, merangkak di bawah meja restoran, memanjat saluran sanitasi, terbang di antara sampah, sampai berkeliaran di dasar hutan lebat Amazon.

Binatang ini mampu hidup selama sebulan tanpa kepalanya, sampai akhirnya mati kelaparan.

Betul, kecoak tidak butuh kepala untuk bernapas, bahkan otak sebagai alat kontrol tubuh. Kehilangan kepala tidak membuatnya kehilangan darah seperti kita.

Di alam bebas, ia menjadi santapan burung, mamalia kecil, dan binatang amfibi. Namun di perkotaan, kecoak nyaris tidak punya musuh, kecuali mungkin Anda yang mati-matian berusaha membunuhnya, meski sering tidak mudah.

Kalau Anda mengira kecoak langsung mati ketika dipukul, Anda salah besar!

Beberapa menit berselang, lipas itu akan kembali berjalan dan kabur entah ke mana. Punggungnya memiliki pelindung yang kuat.

Ketahanan lipas diimbangi pula dengan cepatnya berkembang biak. Dalam sebulan ia bisa menghasilkan lipas yunior lebih dari 40 ekor. Mereka kaum omnivora. Makan apa saja.

Feses, lem, sisa makanan di dapur, organisme mati (termasuk mayat manusia), keturunannya sendiri, bahkan bir dilahapnya.