Find Us On Social Media :

Garam, Kini Sangat Lumrah, Dulu Jadi Barang Mewah, Hingga Tercantum dalam Kitab Suci

By Ade Sulaeman, Kamis, 5 April 2018 | 17:00 WIB

Intisari-Online.com – “Bagai sayur tanpa garam". Ungkapan ini menandai fungsi garam sebagai penyedap masakan. Namun, agaknya, garam yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa telah lama mewamai peradaban manusia.

Bahkan, dalam kitab suci Ibrani (Leviticus 2:13), terpetik"... dalam semua sesajimu kamu harus mempersembahkan garam."

Jauh sebelum menjadi penghuni dapur, derajat garam dulu amat tinggi. la punya "hubungan khusus" dengan adat istiadat.

Menurut adat di berbagai belahan dunia, para tamu yang memasuki rumah akan diberi roti dan garam. Bahkan, pengantin baru dihidangi anggur, roti, dan garam.

(Baca juga: Dulu Lahir Prematur Dengan Otak Terlihat dari Kulitnya, Sekarang Beginilah Penampilan Bayi Ini di Ulang Tahun Pertamanya)

Karena dianggap tinggi nilainya, garam sempat dijadikan mata uang. Kata salary berasal dari bahasa Latin salarium, yang merujuk pada pembayaran yang dilakukan para serdadu Romawi untuk membeli garam.

Sampai akhimya, di Afrika Tengah, garam menjadi teman nasi yang lumayan mewah.

Garam yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa ini mengandung unsur - ion-ion sodium dan klorida - yang merupakan zat gizi penting, menjadikan garam salah satu zat paling pokok bagi manusia.

Selain itu, rasa asinnya, adalah salah satu dari keempat rasa dasar. Karena fungsinya sebagai bahan pengawet dan penyedap rasa, maka garam juga menjadi sumber mineral cukup berharga.

Air laut merupakan sumber berlimpah garam dengan kandungannya yang mencapai 35 bagian per seribu. Sodium klorida merupakan unsur terbesar dari garam, lebih dari 77%.

Garam yang lainnya mengandung magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium sulfat, potasium klorida, dan sedikit magnesium bromida serta kalsium karbonat.

Secara fisik, sodium klorida merupakan kristal berbentuk kubus, bisa tanpa wama, transparan,  ataupun berkilau.