Find Us On Social Media :

203 Tahun Tambora: Berkat Letusannya, Lahirlah Sepeda. Kok, Bisa?

By Ade Sulaeman, Kamis, 5 April 2018 | 12:00 WIB

Intisari-Online.com - Pada bulan April tahun 1815, Gunung Tambora meletus setelah sebelumnya bergolak hebat.

Letusannya masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Sebelum letusan, Gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia.

Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.

(Baca juga: 11 Tahun Menikah Tanpa Berhubungan Intim, Pasangan Berberat Badan Ekstrem Ini Akhirnya Lakukan Ini!)

Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah. Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km.

Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari.

Efek yang diakibatkan selanjutnya sangat dahsyat. Di belahan Bumi Utara setahun kemudian berlalu tanpa ada musim panas.

Ini akibat material yang dari letusan Tambora yang "terjebak" di lapisan atmosfer membuat seperti "bintik" pada Matahari.

(Baca juga: Pantas Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest Terlihat Memilukan, Ternyata 13 Hal Ini Yang Terjadi)

Temperatur normal dunia berkurang sekitar 0,4-0,7 °C, cukup untuk menyebabkan permasalahan pertanian di dunia.

Pada tanggal 4 Juni 1816, cuaca penuh es dilaporkan di Connecticut, AS, dan dan pada hari berikutnya, hampir seluruh New England digenggam oleh dingin.

Pada tanggal 6 Juni 1816, salju turun di Albany, New York, dan Dennysville, Maine.