Penulis
Intisari-Online.com – Ketika Plato mengusulkan kepada akademi agar manusia didefinisikan sebagai ‘binatang berkaki dua yang tidak berbulu (feathers)' maka Diogenes mencabuti bulu seekor ayam yang jantan dan memperlihatkannya kepada orang-orang bijak Yunani itu.
“Inilah yang menurut definisi Plato disebut manusia,” katanya.
Sejak itu definisi ditambahi embel-embel menjadi: Manusia adalah binatang berkaki dua yang tidak berbulu dan dengan kuku yang lebar dan datar.
Jadi nyatalah bahwa zaman Yunani orang sudah kenal pada ayam. Hubungan manusia dan ayam sudah terjalin kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi di India. Unggas liar berwarna merah dijinakkan dan dipelihara untuk jadi kurban sajian.
Pendeta-pendeta biasanya mengolah bagian-bagian yang tidak disajikan untuk dijadikan makanan, sedangkan dewa-dewi menerima bagian-bagian yang biasanya kurang begitu enak dimakan.
(Baca juga:Seram, Seperti Inilah Hukuman Bagi Wanita yang Suka Bergosip di Abad Pertengahan)
Dari meja pendetalah masakan daging ayam menyebar ke Utara dan ke Timur, masuk ke daratan Cina dan menyeberang ke kepulauan di Pasifik. Dari catatan ekspedisi Magellan diketahui bahwa penduduk asli Filipina di pulau Palawan memiliki ayam jantan yang besar-besar, tetapi tidak memakannya, melainkan untuk disambung.
Ayam juga menyebar ke Barat. Kalau makanan Asia lain masuk Eropah lewat Laut Tengah, maka ayam melalui Eropah Tengah (kira-kira tahun 1500 sebelum Masehi) sebelum tiba di Eropah Barat seabad kemudian.
Pada masa itu Mesir sudah mempunyai itik dan angsa, tetapi belum punya ayam. Orang-orang Yahudi dalam Perjanjian Lamapun tampaknya belum punya ayam. Setidak-tidaknya tidak tertulis ada ayam.
Bahkan juga dalam Deuteronomi dan Leviticus yang memuat daftar panjang mengenai unggas yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan.
Ayam mula-mula muncul dalam sejarah tertulis dunia Barat di Yunani. Kolonis-kolonis Yunani yang mendirikan kota Syibaria di ‘kaki' Italia pada tahun 720 Sebelum Masehi membuat hukum yang melarang adanya ayam jantan di dalam kota, supaya mereka bisa tidur nyenyak sampai siang, tidak diibangunkan oleh kokok ayam jantan.
Mesikipun orang Sybaris tukang makan enak, tetapi mereka tidak menyebut-nyebut ayam. Orang Yunani zaman ini dan juga kemudian orang-orang Romawi pada permulaan umumnya tidak makan ayam.
Mereka memelihara binatang itu hanya untulk diambil telurnya. Diperkirakan bahwa binatang itu kurus-kurus karena dibiarkan mencari makan sendiri. Karena itulah tidak menggiurkan selera orang.
Kemudian orang-orang Yunani dari pulau Cos mengembangkan seni menggemukkan ayam untuk dimakan. Seni ini menjalar ke Roma dan tiba-tiba semua penduduk ibukota Romawi tampaknya memelihara ayam di rumah untuk dimakan dagingnya. Jalan-jalan penuh ayam. sehingga perlu dilarang memeliharanya di kota.
(Baca juga:Benarkah Minum Susu Setelah Makan Daging Ayam Bisa Menyebabkan Keracunan?)
Hanya 8 hari setahun
Zaman Abad Pertengahan, ayam sangat disukai dan sering dianggap sebagai makanan mewah sehingga seringkali dikeluarkan larangan untuk memakannya.
Dewan kota Aachen pada tahun 817 melarang imam-imam makan ayam karena dianggap terlalu mewah untuk hari-hari puasa. Mereka cuma boleh memcicipi daging unggas tersebut 8 hari setahun, 4 hari paskah dan 4 hari selama Natal.
Baru abad ke 13 St Thomas Aquinas menyatakan bahwa ayam sama saja seperti ikan, boleh dimakan pada hari puasa. Tetapi imam-imam tidak lama menikmati kelonggaran ini karena gereja kemudian mengeluarkan larangan lagL
Tahun 1261, St Louis mengeluarkan keputusan mengenai kandang-kandang ayam. Ia sendiri mempunyai tempat pemeliharaan ayam yamg sangat terkenal di Rue St Antoine.
Orang-orang yang senang makan pada abad pertengahan yang terbiasa pada unggas perburuan yang keras dan yang tidak segar lagi (karena belum ada lemari es !), menganggap daging ayam terlalu hambar rasanya, sehingga ayam peliharaan harus digantumg dulu dagingnya sampai bau-baunya mirip unggas perburuan.
Jika ada tamu yang tilba-tiba datang sehingga kesempatan menggantung ayam tidak ada, maka sang ayam ditangkap dan dipukuli di dapur sehingga babak belur. Jadi rupanya seperti sudah mulai membusuk meskipun rasanya tidak demikian.
Pada abad ke 14 tampaknya Austria kebanyakan ayam. Kalau tidak, maka Minnesinger Heinrich von Neustadt tidak akan bisa memakai-maki wanita-wanita Wina yang sebelum pergi ke misa minum dulu sepiala anggur dan makan setengah ayam goreng supaya ‘kepala dan perut rasanya lebih enak'.
Di Inggris, pada masa itu orang bayar pajak dengan ayam! Di Swis ada ayam jantan yang dijatuhi hukuman bakar hidup-hidup oleh pengadilan Baste karena konon sang jago bertelur.
Ayam dalam setiap periuk di Amerika.
Hampir semua orang tahu janji raja Henri IV dari Perancis, “Kalau Tuhan masih memberi hidup kepada saya, saya akan berusaha agar setiap pembajak tanah di negara saya sanggup mempunyai seekor ayam di dalam periuknya".
Dalam tahun 1932, ‘ayam dalam setiap periuk' merupakan slogan pemilihan partai Republik di AS, dan mereka kalah.
Louis XVI adalah penggemar panggang ayam sehingga ketika ia menunggu pertemuannya dengan guillotine di Conciergerie, ia minta ayam panggang.
Meskipun Napoleon doyan sekali ayam, teitapi ia pernah menghina binatang itu. (Ayam jago Gallic sampai saat ini masih menjadi lambang Perancis dan tampaknya muncul secara tidak direncanakan untuk menghias salah satu dari bendera Revolusi Perancis).
Zaman Napoleon, penguasa Eropah ini tidak mau memakai lambang ayam. “Saya tidak mau burung yang jadi makanan ajag", katanya dan iapun menempatkan elang sebagai gantinya.
Sebelum diternakkan dengan besar-besaran seperti sekarang, ayam adalah lambang makanan mewah. Tahun 1745, Lady Wortley Montagu dalam sanjaknya ”The Lover" masih menunjukkan bahwa ayam makanan yang luar biasa : “And we meet with champagne and a chicken at last" (Dan akhirnya ikami bertemu dengan sampanye dan ayam).
(Baca juag:Tirani Lahir dari Demokrasi, Apakah Prediksi Mengerikan Plato akan Terjadi?)
Empat pahlawan meja makan
Pada abad yang sama, di belahan bumi yang lain, penyair Cina Yuan Mei memasukkan ayam ke dalam daftar ”empat pahlawan meja makan".
Ayam masuk ke dalam puisi dan ayam juga mendapat tempat istimewa sebagai makanan istimewa yang disuguhkan orang Roma masa kini untuk merayakan Natal dan orang-orang Brussels diolok-olok sebagai 'kiekefretter', pelahap ayam.
Memang hampir tidak ada negara yang tidak membanggakan masakan ayamnya. Indonesia punya sambal goreng ati ayam, ayam Kalasan, satai ayam dan seribu masakan ayam lagi yang sangat disukai.
Arab punya couscous, Austria punya Backhuhn, Tiongkok mempunyai 'ayam pengemis', yaitu ayam yang dibakar setelah dibungkus dulu dengan tanah lempung, orang-orang Vlaanderen mempunyai waterzooi, Florentine mempunyai pollo alia diavola, Georgia punya chakhoklbili, Hongaria punya tandoori, Jepang cyako donburi, Moroiko bastellah, Pakistan murghi biryami, Russia kurnik, Skot cock-a-leekie, Spanyol paella valenciana, Hindia Barat ayam creole.
Tapi kalau di Jerman Anda memesan halve Huhn (terjemahannya: setengah ayam), maka jangan kaget kalau anda diberi sekerat keju tua Belanda yang diulasi mosterd Duesseldorf dan diselipkan dalam sebuah roggebrood.
Dan kalau di New York orang yang mentraktir Anda minta pelayan menghidangkan Coney Island Chicken, jangan buru-buru mengira akan makan ayam sebab artinya tidak lain dari sosis yang biasa disebut frankfurters itu!
Ayam yang jumlahnya lebih banyak dari manusia dan tersebar luas di dunia (begitu luas sampai cuma disaingi oleh anjing) semuanya berasal dari Gallus-gallus, yaitu unggas merah liar yang dipelihara pendeta-pendeta India dulu itu.
(Baca juga:(Foto) Memerah! Akibat Debu dari Gurun Sahara Pulau Kreta di Yunani Ini Terlihat Bagaikan Planet Mars)
Di tanah asalnya ia masih mempunyai sepupu-sepupu liar: Gallus sonnerati yang kelabu di India Tengah bagian Barat dan India Selatan, Gallus Lafayette di Ceylon dan Gallus varius di kepulauan Nusantara dan Malaysia.
Karena sudah lama terpencar-pencar, maka di Turki warna bulunya kaya. “Seperti kuau (pheasant)", kata Alexandra Dumas. “Di Tiongkok punya wol, bukan bulu, di Persia ada spesies yang tidak punya ekor dan di India ada yang daging dan tulangnya hitam meskipun lezatnya sama seperti yang putih".
Ayam yang dagingnya kehitam-hitaman di daerah Jabar disebut “ayam Selasih” dan konon baik dimakan oleh orang-orang yang badannya lemah karena baru sembuh sakit.
5 golongan
Kalau gambaran Alexandre Dumas kedengaran muluk, maka ahli ayam zaman sekarang dengan sederhana membagi ayam dalam 5 golongan: Asian, Continental, Mediterranean, English, American.
Di Eropah Utara ayam lebih mirip “ayam Asia orisinil' daripada ayam di daerah Laut Tengah dan tempat lain karena konon ayam masuk Eropah lewat Asia Kecil, bukan lewat Laut Tengah seperti makanan lain. Ada beberapa jenis ayam Eropah yang tungkainya berbulu, lainnya telanjang.
Tapi ayam-ayam pelbagai ras sekarang sudah menyeberangi benua dan lautan. Di Amerika saja, yaitu tempat paling baru yang dikunjungi ayam, bisa didapati ayam Brahma dari Asia, ayam Faverolles dari Eropah Tengah bagian Utara, Leghorn dan Minorcas dari Laut Tengah, Rock Cornishes dan Jerseys dari Inggeris dan tentu saja “ayam Amerika' seperti Rhode Island Reds dan Plymouth Rock.
(Baca juga:Tak Cuma Beraroma Ayam Goreng, Garam Mandi Buatan KFC Ini Juga Punya ‘Kejutan-kejutan’ Unik)
Ada orang iseng yang pernah menghitung bulu seekor ayam Plymouth Rocik. Hasilnya: 8325 lembar! Orang-orang lain percaya saja tanpa mau bersusah payah menghitungnya kembali.
Selain ayam untuk diambil telurnya dan dagingnya, ada juga ayam-ayam kate warna warni yang dipelihara terutama sebagai binatang bias, padahal dagingnya sama enaknya dengan ayam yang tidak kate.
Kadang-kadang ayam hias yang disayang-sayang ini juga terpaksa dimakan karena terdapat surplus. Soalnya berkembang biaknya cepat.
Ayam sebagai obat kuat
Ayam dianggap makanan sehat dan banyak dipakai di rumahsakit-rumahsakit. Orang-orang Cina ada yang percaya bahwa testes ayam merupakan “obat kuat” bagi yang nafsu besar tenaga kurang.
Bukan cuma mereka yang percaya pada khasiat ayam jantan. Orang-orang kuno di Eropah percaya bahwa cock jelly, yaitu kaldu pekat dari ayam janitan punya khasiat memberi keperkasaan.
Tetapi ayam umumnya jarang muncul dalam pengobatan rakyat. Kalau Anda menghadapi seekor ayam, jangan melalaikan 2 buah takik kecil di kerangka yang letaknya dipuncak tungging.
Daging pada lekuk itu masing-masing tidak lebih dari setengah sendok teh. Banyak orang yang mengabaikannya. Konon ini salah. Bagian inilah yang paling lezat dari seluruh ayam.
Orang Perancis menyeibutnya les-sots-y-laisse, artinya orang goblok yang meninggalkan bagian ini.
Ayam bisa “dikodok” yaitu dikeluarkan dagingnya dari kulitnya, daging ini dibuang tuIang-tulangnya, dibumbui, dihaluskan dan dicampur dengan bahan lain sebelum dimasukkan lagi ke kulitnya (yang seperti celana moyet).
Bisa dimasak dengan dicampuri sayur-mayur, selain dimasak sendiri. Menamakan masakan ayam juga seribu satu macam.
Di Indonesia ada ayam setan, ayam mbok Berek. Di luar negeri ada masakan yang dinamai menurut nama penyanyi opera (chicken Tetrazini), menurut nama pengarang opera (poularde a la Rossini), menurut nama diktator Romawi (poulet Cesar).
Ketika Napoleon menang, kemenangan dirayakan dengan poulet Marengo (poulet = ayam) dan ketika kalah dengan masakan ayam yang lain: salade Bagration... (International Herald Tribune).
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 1974)