Find Us On Social Media :

Hari Meteorologi Sedunia: Meramal Cuaca Ada Seninya Namun Bukan Berarti Antisalah

By Ade Sulaeman, Jumat, 23 Maret 2018 | 16:00 WIB

Intisari-Online.com – Hari ini, 23 Maret, adalah Hari Meteorologi Sedunia.

Yang ada di benak kita tentang meteorologi adalah masalah prakiraan cuaca.

Ternyata memprakirakan cuaca tidak bisa asal-asalan dan harus ada seninya. Lalu bagaimana?

--

(Baca juga: 5 Hal yang Diincar Polisi dalam Razia Besar-besaran di Bulan Maret 2018, Catat Ya!)

Tanggal 15 Oktober 1987, seorang wanita menelepon stasiun TV di Inggris dan melaporkan telah mendengar kabar akan datang badai.

Sang pemrakira cuaca pun dengan sangat yakin memberitahu pemirsanya, "Jangan khawatir, tidak akan ada badai!" Tapi, malam itu, Inggris bagian selatan dilanda badai.

Lima belas juta pohon porak-poranda dan 19 orang tewas. Kerugian ditaksir lebih dari 1,4 miliar dolar AS. Begitu laporan surat kabar setempat.

Peristiwa di atas mengingatkan kita pada banjir yang melanda Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia setahun lalu. Banjir yang secara nasional menewaskan 147 orang dan menyebabkan kerugian materi luar biasa membuat kita selalu waspada terhadap cuaca yang sulit diramalkan.

Andaikan sebelumnya diketahui akan datang musibah, pasti keadaan bisa diantisipasi.

Setiap pagi, dalam kondisi cuaca yang tidak menentu, jutaan dari kita memutar radio dan televisi untuk mengetahui prakiraan cuaca. Apakah langit mendung menandakan hujan akan turun?

Apakah sinar matahari pagi menandakan cuaca akan selamanya cerah? Setelah mendengar prakiraan itu, kita memutuskan pakaian yang hendak kita kenakan dan perlu-tidaknya membawa payung.