Pandji Sebut Film 'Joker' Berbahaya untuk Anak-anak: Ini Efek Buruk Anak Nonton Film Rating 'R', Anda akan Menyesal Jika Membiarkannya Menonton

Ade S

Penulis

Komika Pandji Pragiwaksono memperingatkan para orang tua bahwa film 'Joker' sangat berbahaya untuk anak-anak.

Intisari-Online.com -Komika Pandji Pragiwaksono memperingatkan para orang tua bahwa film 'Joker' sangat berbahaya untuk anak-anak.

Film 'Joker' sendiri, yang mulai tayang di bioskop Indonesai sejak 2 Oktober 2019, kini tengah menjadi perbincangan.

Banyak penonton yang memberikan penilaian positif, bahkan tak jarang yang memberikan nilai sangat tinggi terkait kualitas film garapan sutradara Todd Phillips tersebut.

Sayangnya, ada sedikit kesalahpahaman, juga kebingungan, di masyarakat terkait kelayakan film ini ditonton oleh anak-anak.

Baca Juga: Gara-gara Sebuah Tragedi Kelam saat Dirinya Terjerat Sekte Pemujaan, 'Si Joker' Joaquin Phoenix Langsung Berubah Jadi Vegan

Sebagai musuh abadi dari sosoksuperhero Batman, tentu saja banyak yang dengan mudah menganggap film ini bisa saja ditonton oleh anak-anak.

Padahal, faktanya film ini memiliki rating "R" alias untuk mereka yang berusia 17 tahun ke atas.

Bahkan jaringan bioskop sampai memberikan peringatan khusus mengenai larangan menonton film "Joker" untuk anak-anak.

Sebuah larangan yang bisa membuat Anda menyesal seumur hidup jika sampai melanggarnya.

Baca Juga: Digambarkan Sebagai Psikopat, Joker Justru Lebih Pantas Dianggap Sebagai 'Hypersane' oleh Pakar, Jauh Lebih Menakutkan!

Foto di atas adalah isi peringatan dari Alamo Drafthouse,jaringan bioskop San Antonio di Texas, Amerika Serikat.

"Joker tidak diperuntukkan bagi anak-anak dan merupakan film dengan rating R untuk alasan yang baik. Banyak bahasa yang sangat, sangat kasar, kekerasan brutal, dan secara keseluruhan memberikan dampak yang buruk,” tulisnya sebelum unggahan tersebut kemudian dihapus.

Peringatan itu juga diikuti keterangan bahwa dalam film Joker tidak ada Batman.

Peringatan tersebut senada dengan pandangan Psikolog Anak dari Lembaga Psikologi Annava Solo, jawa Tengah, Maya Savitri mengatakan, film Joker tak layak untuk anak-anak.

“Tidak layak, banyak adegan kekerasannya,” ujar Maya, saat dihubungi secara terpisah, Jumat siang.

Apa efeknya jika anak-anak menyaksikan film ini?

Menurut dia, anak-anak memiliki kecenderungan meniru apa yang ditontonnya.

“Di Joker itu adegan kekerasan, ketakutan, dan sebagainya, yang memang tidak layak untuk ditonton anak-anak. Anak-anak akan meniru, merasa ketakutan, cemas, deg-degan, karena adrenalinenya terpicu,” ujar Maya.

Baca Juga: Dianggap Bisa Picu Kekerasan, Film Joker Tuai Kontroversi, Faktanya Senyuman Joker Bisa Menyebabkan Depresi Semengerikan Ini

Oleh karena itu, ia menyarankan kepada orangtua yang ingin mengajak anak-anak menonton film di layar lebar, sebaiknya memerhatikan sejumlah hal.

Hal itu di antaranya memerhatikan rentang usia, pesan moral film, kesiapan mental serta mempertimbangkan apakah anak-anak sudah siap dengan suara keras, dan sebagainya.

Sementara itu, psikolog anak dan keluarga, Samanta Ananta, M.Psi menyebutkan, ada sejumlah dampak psikologis yang akan diterima anak jika menonton film kategori restricted tersebut.

1. Trauma tidak langsung

Anak mungkin saja belum siap untuk melihat adegan-adegan mengerikan atau kalimat yang membutuhkan pemahaman lebih dalam film tersebut.

Akibatnya, anak tidak mampu memahami dan menganalisa film, sehingga hanya fokus pada adegan yang diperlihatkan dalam film.

"Penyerapan yang diambil dari film tanpa ada diskusi lebih lanjut dengan orang dewasa pun akan meninggalkan jejak trauma tidak langsung di sistem otak anak," kata Samanta kepada Kompas Lifestyle, Jumat (4/10/2019).

Beberapa dampak yang terjadi sebagai bentuk trauma di antaranya mimpi buruk, anak mengalami kecemasan, ketakutan, dan dampak terburuk adalah emosi serta pola pikir tokoh dalam film memengaruhi kehidupan mereka di kemudian hari.

Baca Juga: Cek HP Anda Sekarang! Jika Terdapat Aplikasi Seperti dalam Daftar Ini, Segera Hapus! Virus Joker Serang Android dan Targetkan Pengguna Indonesia

2. Meniru tingkah laku dalam film

Ketika emosi dan pola pikir tokoh dalam film sudah memengaruhi anak, dikhawatirkan perilaku anak secara tidak disadari ikut terpengaruh.

Apalagi jika anak hanya memahami film lewat visual, bukan dari analisa adegan atau tokoh-tokoh di dalamnya.

Padahal, sebuah film diberi kategori restricted karena di dalamnya mengandung unsur kekerasan berdarah-darah, perilaku mengganggu, bahasa, dan/atau gambaran seksual singkat.

"Anak bisa tiba-tiba bertingkah laku atau mengimitasi sifat buruk dari tokoh di film dalam kehidupan sehari-hari," ucap Samanta.

Oleh karena itu, sebaiknya orangtua mampu memberi pengertian mengapa film itu tidak boleh ditonton oleh anak dan menjelaskannya secara rasional.

Wawasan orangtua tentang film juga sangat penting dalam hal penyampaian kepada anak. Selain dapat menceritakan tentang tokoh-tokoh dalam film tersebut, orangtua juga lebih bisa memilih cara penyampaian yang asyik dan mudah diterima oleh anak.

Hal terpenting, buatlah suasana menjadi tidak terlalu formal dan kaku.

"Ini dapat diceritakan dalam suasana yang informal agar dapat diterima oleh anak lebih legowo," katanya.

Baca Juga: Digambarkan Sebagai Psikopat, Joker Justru Lebih Pantas Dianggap Sebagai 'Hypersane' oleh Pakar, Jauh Lebih Menakutkan!

Jika anak sudah terlanjur menonton film rating "R"

Jika anak sudah terlanjur menonton film dengan kategori "R" tersebut, amatilah perubahan perilaku anak dalam rentang waktu enam bulan setelahnya.

Jika ada perubahan perilaku yang menetap selama enam bulan, segeralah membawa anak untuk berkonsultasi dengan psikolog. Pastikan perubahan perilaku tersebut tetap berada pada batas normal.

Anak mungkin membutuhkan pertemuan berikutnya, jika memang terlihat ada indikasi perubahan perilaku yang tidak normal.

"Pertemuan berikutnya dapat dilakukan jika dirasakan perlu oleh psikolog setelah pertemuan pertama dengan orangtua," kata Samanta.

US Army keluarkan memo khusus terkait film "Joker"

Tidak hanya para orang tua, pemerhati film, juga pakar kejiwaan yang menaruh perhatian pada film "Joker".

Di Amerika Serikat, tentara Amerika Serikat (US Army) turut menyoroti film sang badut kriminal ini.

Baca Juga: Bak Psikopat, Wanita Ini Duduk Santai Sambil Merokok dengan Tubuh Berlumuran Darah, Kisah di Baliknya Mengerikan!

Muncul memo dari US Army yang berisi peringatana akan adanya potensi terjadinya insiden kekerasan, khususnya penembakan massal selama pemutaran film "Joker" di bioskop.

Tragedi penembakan massal di sebuah bioskop di Aurora, Colorado (20/7/2012) saat pemutaran film The Dark Night Rises menjadi penyebabnya.

Pelaku kemudian dikaitkan dengan "Joker" merujuk pada rambutnya yang diwarnai cerah serta sempat munculnya kabar bahwa pelaku sempat mengaku sebagai Joker saat ditangkap.

Belakangan, pihak kepolisian memastikan"tidak ada bukti" bahwa pelaku yang bernama James Holmes mengaku sebagai Joker.

Artikel inimerupakan rangkuman dari artikeldi Kompas.com dengan judul "Demam Joker, Ingat Ya, Ini Bukan Film untuk Anak-anak!" dan "Efek Buruk Membiarkan Anak Nonton Film Rating "R"".

Baca Juga: Bocah 11 Tahun Gemar Gigit Binatang: Awas! Suka Menyiksa Binatang Termasuk dalam 6 Tanda Anak yang Bisa Jadi Psikopat Saat Dewasa

Artikel Terkait