Penulis
Intisari-Online.com -Pernah membayangkan kita hanya perlu membayar Rp10.000 saat berobat ke dokter, lengkap dengan obatnya?
Rasanya tidak mungkin bukan? Namun, faktanyaMangku Sitepoe (84) menerapkan tarif yang bagi sebagian besar pasien (bisa jadi juga dokter) sangat mustahil tersebut.
Bahkan, Mangku mengaku sebelum tahun 2000, dirinya malah menggratiskan biaya berobat setiap pasiennya.
Berikut ini kisah inspiratifnya.
Mangku mengabdikan diri untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah di Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St Tarsisius, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Sebelum menetapkan biaya pengobatan Rp 10.000, dokter Mangku memulai pengabdiannya dengan memberikan layanan kesehatan gratis.
"Tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, mereka (pasien) tidak membayar sama sekali. Kami pun tidak dibayar, sama sekali kami tidak dibayar," ujar dokter Mangku.
Selain mendapat layanan kesehatan gratis, pasien yang berobat ke dokter Mangku juga mendapat obat secara cuma-cuma.
Sebelumnya, saat masih berstatus sebagai mahasiswa, dokter Mangku pernah melakukan praktik di Denmark.
Di sana, ia belajar tentang kebijakan tentang obat-obatan yang harus didonasikan untuk sosial enam bulan sebelum tanggal kedaluwarsanya.
Dari sanalah ia dan rekan-rekannya terinspirasi untuk membagikan obat secara gratis.
Sayangnya, kebaikan dokter Mangku disalahgunakan oleh sejumlah orang. Ia justru ditipu oleh pasiennya sendiri.
Dokter Mangku mengatakan, banyak di antara pasien yang datang tidaklah sakit. Meski menyadari hal itu, ia tetap memberikan obat kepada mereka.
"Tahu apa yang diperbuatnya? Obat itu dijual lagi. Banyak, bukan sedikit," ujar dokter Mangku.
Seorang pengurus yang juga pemasok obat di klinik dokter Mangku, Drs Gunawan Santoso, menyadari adanya penjualan obat yang seharusnya cuma-cuma.
Karena itu, ia mengusulkan agar pengobatan tidak lagi diberikan secara gratis, melainkan berbayar dengan tarif yang terjangkau.
"Dari situlah, setiap pasien yang datang berobat dikenai biaya Rp 2.500. Itu tahun 2000," kata dokter Mangku.
Menolong sesama
Saat ini, dokter Mangku praktek di klinik yang didirikannya di kawasan Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Klinik itu bernama Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Tarsisius yang telah berdiri sejak tahun 2004.
Pria asal Kabupaten Karo, Sumatera Utara itu melayani pasien setiap hari Rabu dan Sabtu.
Sebelum praktek di klinik ini, dokter Mangku bersama dengan empat orang lainnya, mendirikan klinik pengobatan gratis bernama Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Yohanes Penginjil di Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada tahun 1995.
"Waktu itu pasien sudah 200 lebih, satu hari praktek. Sedangkan yang praktek dokternya di sana kita baru lima orang. Jadi satu orang bisa kena 40 pasien," kata dokter Mangku.
Karena itulah, didirikan klinik lainnya yang menjadi tempat Dokter Mangku praktek hingga saat ini.
Keinginan dokter Mangku untuk berbuat baik didasari oleh kepercayaannya pada gagasan altruisme.
Gagasan altruisme menyatakan bahwa setiap individu yang berakal sehat memiliki keinginan untuk mengabdikan dirinya bagi sesama tanpa pamrih.
Baca Juga: Karena Kecerobohan Dokter, Jempol Tangan Gadis Ini Terpaksa Diganti dengan Jempol Kaki
Paham ini dipercaya oleh Dokter Mangku dan pendiri lainnya untuk mulai melayani kesehatan masyarakat.
"Jadi dengan akal sehat, altruisme, sama satu lagi berkesinambungan, itulah dasarnya kita mendirikan balai pengobatan," ucap dia.
Hingga kini, pengabdian yang dokter Mangku lakukan didukung oleh banyak orang, termasuk keluarganya.
"Keluarga saya, mereka semua mendukung saya. Semua anak-anak saya," ujar dia.
Kebutuhan sehari-harinya terpenuhi dari honor buku-buku yang ia terbitkan sejak lulus sebagai dokter hewan dan uang pensiun.
(Hilel Hodawya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Karena Kebaikannya, Dokter Mangku Justru Pernah Ditipu Pasien".