Berusia 2.000 Tahun, Para Ilmuwan Terkagum-kagum Pada Krim Wajah Berbau Racun yang Masih Meninggalkan Jejak Jari ini

Ade S

Penulis

Dari lokasi penemuannya, para peneliti awalnya percaya bahwa salep tersebut memiliki fungsi penyembuhan atau ritualistik.

Intisari-Online.com - Para arkeolog merasa senang sekaligus bingung aat menemukan sebuah kaleng berisi salep berusia 2000 pada 2018.

Dari lokasi penemuannya, para peneliti awalnya percaya bahwa salep tersebut memiliki fungsi penyembuhan atau ritualistik.

Namun mereka berubah pikiran saat bahan-bahan dari salep telah terungkap: lemak hewani, pati, dan timah untuk pigmen.

Kesimpulan kemudian didapat bahwa yang ereka temukan adalah krim wajah Romawi yang memiliki warna.

Baca Juga: Anak Kartosuwiryo Kembali ke Pancasila: Mengingat Tangis Bung Karno saat Tanda Tangani SK Hukuman Mati Kartosuwiryo, Sahabatnya Sendiri

Krim wajah Romawi ditemukan dalam pot timah berukuran 6 x 5 sentimeter berkualitas tinggi.

Ketika para arkeolog membukanya, mereka dikagetkan dengan baunya yang beracun.

Baca Juga: Ibu Jadi TKW, Seorang Balita Terkurung dalam Kamar Bersama Jasad Ayahnya yang Sudah Membusuk Selama 3 Hari

Benar saja, krim berusia 2.000 tahun pasti sudah kadaluwarsa.

Jenis krim wajah ini kemungkinan besar milik seorang wanita kaya, atau mungkin pelacur kuil.

Kuil-kuil itu tidak hanya didirikan dan digunakan oleh para prajurit, tetapi juga digunakan oleh orang-orang dari kelas dan klasemen yang berbeda.

Apakah pemilik krim wajah ini orang Romawi atau orang Inggris? Kami tidak tahu.

Baca Juga: Kisah Skandal Anna Fallario, Ketahuan Berhubungan Intim dengan Banyak Pria, Akhirnya Dibunuh oleh Suaminya Sendiri

Tetapi kita tahu bahwa mereka setuju untuk mempercayai kecantikan, atau setidaknya versi kecantikan dari Romawi.

Temuan ini mendukung fakta bahwa budaya Romawi berkembang pesat di London saat ini dan ada keinginan untuk menggabungkan semua hal yang berbau Romawi.

Krim wajah Romawi secara tradisional dibuat dengan timah untuk menciptakan warna yang diinginkan.

Timbal tidak tersedia di Kepulauan Inggris, tetapi timah adalah, dan produsen krim ini kesulitan membuat krim wajah yang sama dengan bahan-bahan lokal daripada mengimpornya.

Baca Juga: Minta Jokowi Kembali Memilih Menteri Susi, Gus Mus: Kalau Bu Susi Diganti, Laut Rusak Lagi

Orang-orang Romawi menghargai kulit putih.

Jadi, telah disarankan bahwa penemuan krim wajah berwarna putih bisa menandakan bahwa populasi London berasimilasi dengan budaya Roma lebih dari hanya sekadar bidang arsitekturnya.

Baca Juga: 'Gear Persneling' Tersangkut di Organ Intim Pria Ini, Petugas Sempat Bingung Melepaskannya Hingga Akhirnya Terpaksa Lakukan Ini

Artikel Terkait