Penulis
Intisari-Online.Com -Salah satu kebanggaan Indonesia, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho (49) meninggal dunia.
Melansir dari Kompas.com, Sutopo meninggal di Guangzhou, Cina, pada Minggu (7/7/2019) pukul 02.20 waktu setempat atau 01.20 WIB.
Seperti diketahui, Sutopo divonis kanker paru-paru stadium 4B pada Januari 2018.
Meski menderita rasa sakit luar biasa karena kanker, Sutopo tetap gigih dan profesional dalam bertugas.
Ia tetap memberi masyarakat berita terkini seputar bencana di Indonesia.
Melihat kegigihannya, bukan hanya warga Indonesia yang merasa takjub.
Berita mengenai seorang pria yang tetap profesional bekerja meski sakit menderanya juga menarik perhatian media luar negeri.
The New York Times, media Amerika Serikat, pernah mengangkat profil Sutopo pada 28 Desember 2018.
Melalui rubrik The Saturday Profile berjudul He Helped Indonesia Trough a 'Year of Disasters,' While Facing His Own media tersebut menyoroti perjuangan Sutopo memberi kabar bencana ketika dirinya juga 'dilanda bencana'.
Seperti masyarakat Indonesia ketahui, tahun 2018 bisa dibilang sebagai tahun penuh bencana bagi Tanah Air.
Berita bencana gempa hingga tsunami menghiasi berbagai media di Indonesia.
Baca Juga: Kisah Ikan Gabus nan 'Ajaib' dari Sutopo untuk Ani Yudhoyono yang Idap Kanker Darah
Namun, tahun 2018 juga menjadi tahun bencana untuk pria kelahiran 7 Oktober 1969 tersebut.
Pasalnya, di awal tahun itu pula ia divonis menderita kanker paru-paru stadium 4B.
Pada usia 48 tahun, Sutopo divonis kanker paru-paru stadium lanjut, padahal dia bukanlah seorang perokok.
Sebuah bencana pribadi yang diketahuinya pada Januari 2018 membuatnya terkejut.
"Ketika saya mendengar diagnosa pada bulan Januari, saya terkejut," kata Sutopo seperti dikutip dari The New York Times.
Namun setelahnya ia bangkit, berusaha menerimanya sebagai takdir, sama seperti korban bencana alam.
"Setelah itu, saya menerima bahwa itu adalah takdir saya, sama seperti orang-orang yang terkena dampak gempa bumi dan tsunami."
Dalam profil tersebut juga mengulas bagaimana Sutopo langsung bekerja dengan sigap ketika ada bencana padahal ia baru saja menjalani perawatan kanker.
Tsunami sempat melanda Indonesia di akhir 2018, tepatnya pada 22 Desember.
Malam hari, tsunami terjadi di Selat Sunda.
Sementara kala itu Sutopo tengah berada di Yogyakarta untuk berlibur dengan keluarganya serta mencari pengobatan alternatif.
Dengan cepat, Sutopo mengirim pembaruan ke media dan terus melakukan update informasi hingga pukul 1 pagi.
Belum sampai pukul 6 pagi, ia sudahbekerja kembali seraya memohon maaf terdapat kesalahan ketik dalam informasi yang disebarkannya, mengakui bahwa jari-jari tangan kirinya terasa mati rasa karena efek perawatan.
Sutopo, juga mengatakan sering merasa sakit, termasuk di tulang punggung, membuatnya tak bisa tidur lebih dari tiga jam semalam, seperti dikutip dari The New York Times.
Tak ayal, pria yang dibesarkan di Boyolali, Jawa Tengah ini dikenal sangat berkomitmen dalam menempatkan kepentingan publik.
Terlepas dari kondisinya, selama ini, orang-orang di seluruh Indonesia mengandalkan Sutopo ketika terjadi bencana.
Baca Juga: Sutopo: Tak Ada Menyangka Erupsi Gunung Anak Krakatau akan Picu Tsunami Banten