Kisah Ani Yudhoyono Harus Berhenti Kuliah Kedokteran Demi Pergi ke Seoul untuk 'Finishing Touch'

Nieko Octavi Septiana

Penulis

Ani Yudhoyono sempat mendapat pendidikan di Fakultas Kedokteran UKI, namun ia harus berhenti untuk pergi ke Seoul bersama sang ayah.

Intisari-Online.Com -Semasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat sebagai Presiden RI, kita seringkali melihat betapa setia Ani Yudhoyono mendampinginya. Pun SBY sangat menunjukkan rasa kasihnya pada Ani Yudhoyono.

Mungkin itulah jodoh, keduanya bertemu di Magelang pada 1973 dan mengaku langsung terpesona pada pandangan pertama.

Dalam Sebuah buku berjudul Kepak Sayap Putri Prajurit yang memuat kisah seorang Kristiani Herrawati, ditulis oleh Alberthiene Endah, bisa dilihat kisah cinta keduanya.

Bahkan ketika keduanya harus terpisah jarak, cinta membuktikan mereka tetap maju bersama ke pelaminan.

Baca Juga: Nekat Hingga Ngirit Makan, Semangat Juang Ani Yudhoyono Kala Jadi Mahasiswi Kedokteran Adalah Panutan

SBY dan Ani memang pernah terpisah jarak ratusan kilometer.

Dalam buku tersebut, dituliskan bagaimana Ani harus pergi ke Korea Selatan lantaran pekerjaan sang ayah.

Tahun 1974, keputusan pemerintah membuat ayah Ani, Sarwo Edhie Wibowo, harus bertugas ke Korea Selatan.

Kala itu ia ditunjuk menjadi Duta Besar Berkuasa Penuh di RI di Korea Selatan.

Ternyata sang ayah ingin mengajak keluarganya turut serta bersamanya, dengan alasan khusus.

Sang ayah mengatakan pada Ani, Wiwiek dan Titiek (kakak-kakak Ani), dan Tuti (adik Ani).

"Papi sudah mendidik dan menjaga kalian sejak kecil, mendampingi kalian selama sekolah, sampai kalian sudah menjadi wanita-wanita dewasa.

"Sekarang, Papi ingin memberikan finishing touch pada kalian berupa pengalaman dan wawasan tinggal di negeri orang," jelas sang ayah.

Lebih lanjut, sang ayah memperjelas maksudnya, yaitu ia ingin mempersiapkan anak-anaknya sebaik mungkin sebelum menjadi istri seseorang.

"Sebelum kalian menikah dan diambil orang, Papi ingin memoles kalian dengan sentuhan akhir ini."

Baca Juga: Ani Yudhoyono, Calon Dokter yang Bersemangat dan Jago Panjat Pohon

Ani yang saat itu masih berkuliah pun menanyakan bagaimana dengan pendidikannya yang kala itu sudah menginjak tahun ketiga.

Saat itu memang belum ada budaya cuti kuliah seperti sekarang.

Perkataan sang ayah yang mengatakan akan mencarikan kampus kedokteran di Seoul langsung mendapat anggukan setuju dari Ani muda.

Namun setelah persiapan ke Seoul sudah dilakukan, ayah Ani menghampirinya, mengatakan sesuatu yang membuatnya tercenung.

"Ani, sebaiknya kamu bertunangan dulu dengan Bambang (panggilan SBY saat itu)."

Sepertinya sang ayah memang memiliki naluri tajam, tahu kalau Ani memikirkan hubungannya dengan SBY jika ia harus ke Korea Selatan.

Ani yang merasa terharu langsung saja mengabari SBY, berharap SBY akan senang mendengarnya. Tak disangka, ternyata SBY-lah yang sebelumnya sudah menyampaikaningin meminang Sang Putri Prajurit itu.

Dengan persiapan seadanya dan secepat kilat, pertunangan mereka diadakan di rumah Cijantung, dihadiri keluarga dekat saja.

Menurut Ani, 'budaya' tunangan itu pertama kali di keluarganya. Sepertinya sang ayah sangat menyukai hubungan Ani dan SBY sehingga mengkhawatirkan kepergian ke Seoul akan merenggangkan hubungan keduanya.

Baca Juga: Semasa Hidup, Ani Yudhoyono Ikhlas Hadapi Kanker, Kebahagiaan Dapat Dicapai dari Tulus Ikhlas

Tahun itu, SBY wisuda dengan predikat lulusan terbaik AKABRI, mengikuti Kursus Dasar Kecabangan Infanteri dan setelah itu bertugas ke Bandung.

Sehingga Ani pergi ke Seoul, SBY ke Bandung.

Ani mengaku saat berpisah, ia sempat menangis.

Ada hal yang dikenang Ani ketika ia hendak berangkat ke Seoul.

Dalam buku itu tertulis, "Dia berjanji akan memapankan diri agar bisa memperistri aku sesegera mungkin. Bagiku itu adalah sebuah janji yang sangat indah."

Sampai di Seoul, ada banyak hal yang dikagumi Ani dari bangsa Korea Selatan. Ia mengatakan mereka bangsa yang tangguh, pekerja keras, dan gotong royong.

Ani juga mengatakan meskipun alamnya sangat indah, tapi kondisi tanahnya tak seperti Indonesia, tanah di Seoul tidak terlalu subur.

Apalagi jika musim panas, di mana mereka berjuang menyuburkan tanah, sementara musim dingin, tanah tak bisa ditanami.

Namun kecewa harus mengihnggapi hatinya, ia tak bisa menemukan kampus yang mengajarkan dengan bahasa Inggris.

Baca Juga: Ani Yudhoyono dan RA Kartini, Dua Sosok Wanita Bangsa yang Sama-sama Suka Fotografi

"Semua menggunakan bahasa Korea. Aku jelas tidak berani. Kuliah kedokteran sangat mustahil ditekuni dalam bahasa yang benar-benar tidak bisa dimengerti," tutur Ani.

"Kalau bahasa Inggris, walau saat itu aku belum jago-jago amat, tapi jelas masih bisa diraba. Sedangkan bahasa Korea? Satu kalimat pun aku belum bisa menguasai.'

Dengan berat akhirnya satu keputusan dibuat, Ani berhenti kuliah.

Namun ia tak berlarut-larut sedih, sang ayah mengatakan belum menutup kemungkinan untuk melanjutkan kuliah di Jakarta.

Memang Ani memiliki sikap optimis, ia memanfaatkan waktu di kala putus kuliahnya tersebut dengan mempelajari ilmu lain.

Ia mendaftar kursus bahasa Korea danmempelajari budaya di sana.

Artikel Terkait