Selandia Baru, Negara Terpilih dalam Aksi Rasialisme Brenton Tarrant untuk Membantai Jemaat Musllim di Masjid Christchruch

Tatik Ariyani

Penulis

Mengapa seorang warga Australia pergi ke Selandia Baru hanya untuk melakukan serangan teror? inilah pertanyaan sederhana itu.

Intisari-online.com - Selandia Baru, sebuah negara yang damai dengan sedikit aksi kekerasan di dalamnya.

Negara ini hanya memiliki jumlah pembunuhan per tahun dari 2007-2017 sebanyak 47, lebih sedikit dari satu hari pada Jumat (15/3)

Lantas, mengapa seorang warga Australia pergi ke Selandia Baru hanya untuk melakukan serangan teror?

Ini adalah pertanyaan utama saat identitas Brenton Tarrant, sang teroris penembak dua masjid di Christchurch, diungkap.

Baca Juga : Ngeri, Polisi Temukan 19 Mayat Dalam Kantong Plastik Besar yang Dibuang di Sungai

Sebelum melakukan aksi brutalnya, pria asal New South Wales itu mengunggah manifestonya ke internet.

Menurut kantor berita Reuters, dalam manifesto itu Tarrant awalnya tidak memilih Selandia Baru sebagai sasaran.

Namun, serangan terhadap Selandia Baru akan menunjukkan bahwa tidak ada tempat di mana pun di dunia ini yang aman.

Serangan terhadap Muslim di Selandia Baru menunjukkan jangkauan global gerakan supremasi kulit putih yang menginginkan Eropa yang ideal.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Gerakan ini menolak gelombang imigrasi dan kerap menyebarkan ancaman melalui internet. Siapa Brenton Tarrant?

Setelah menyelesaikan sekolah, Tarrant bekerja sebagai pelatih kebugaran di Big River Gym di kota Grafton, New South Wales, Australia pada 2009-2011.

Pada 2011, Tarrant keluar dari pekerjaanya dan bepergian ke Asia dan Eropa.

Tarrant mengatakan, dia pernah bekerja sebentar sebelum menghasilkan uang dari Bitconnect, uang kripto seperti Bitcoin, lalu menggunakan uangnya untuk jalan-jalan.

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Dalam perjalanannya, Tarrant berkunjung ke Eropa, Asia Tenggara, dan Asia Timur.

Dia bahkan sempat berkunjung ke Korea Utara, di mana dia berfoto bersama kelompok wisata di Monumen Samjiyon.

Tarrant kemudian tinggal di kota Dunedin, 350 kilometer dari Christchurch, sejak 2017.

Para tetangga menggambarkan Tarrant sebagai sosok pendiam tetapi gemar bercerita soal perjalanannya.

Baca Juga : Terobsesi Tokoh Sejarah, Ini Isi Lengkap Simbol dan Makna Teks pada Senjata Teroris di Selandia Baru

Tarrant juga dikonfirmasi sebagai anggota klub menembak Bruce Rifle Club di kota Milburn.

Wakil presiden klub Scott Williams mengatakan, Tarrant menggunakan senapan semi-otomatis AR-15 dan senapan berburu saat berlatih di klub itu.

Dalam melakukan aksi kejinya Tarrant menggunakan lima pucuk senjata. Dua senjata semiotomatis dan dua shotgun.

Tarrant, seperti diakui PM Jacinda Ardern, adalah pemilik sah lisensi kepemilikan senjata api.

"Saya mendapat informasi dia mendapatkan lisensinya pada November 2017," ujar PM Ardern.

Pria yang memproklamirkan diri sebagai rasialis itu menyerang dua masjid di Selandia Baru tepat saat ibadah shalat Jumat berlangsung.

Dia membunuh 49 orang dengan menggunakan senjata yang dilapisi grafiti supremasi kulit putih sambil mendengarkan lagu yang memuji penjahat perang Serbia, Radivan Karadzic.

Seluruh rincian ini menegaskan adanya sebuah keyakinan keliru yang menjadi motivasi pembantaian paling berdarah di Selandia Baru itu. (Ervan Hardoko/Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Selandia Baru Menjadi Target Serangan Teror?"

Artikel Terkait