Walau Kekasihnya Alami Kelainan Kulit Langka, Pria Ini Tetap Mencintai dan Menerima Kekurangannya

Mentari DP

Penulis

Karine de Souza mengidap kelainan kulit langka. Akibatnya sebagian besar memengaruhi mata dan area kulit yang terpapar sinar matahari

Intisari-online.com - Seorang pria tampan asal Brasil, Edmilson yang berusia 23 tahun bertunangan dengan kekasihnya yang berusia 28 tahun, Karine de Souza.

Berita pertunangan dua orang saling menyanyangi ini bukan sekedar berita biasa, pasalnya sang pria tampan ini bertunangan dengan seorang wanita yang mengidap kelainan kulit langka.

Dilansir dari Grid.id, Karine de Souza mengidap kelainan kulit langka yang disebut dengan xeroderma pigmentosum (XP).

Penyakit yang umumnya dikenal sebagai XP adalah kondisi bawaan yang ditandai oleh sensitivitas yang sangat terhadap sinar ultraviolet (UV) dari sinar matahari.

Baca Juga : Ditolak Selama 43 Tahun, pada Akhirnya Pria Ini Berhasil Menikahinya di Usia 72 Tahun

Dilansir dari Rare Diseases, kondisi ini sebagian besar memengaruhi mata dan area kulit yang terpapar sinar matahari.

Seseorang yang sering terkena paparan sinar matahari dapat menyebabkan kulit kering (xeroderma) dan perubahan pewarnaan kulit (pigmentasi).

Beberapa individu yang terkena juga memiliki masalah yang berkaitan dengan sistem saraf.

Efeknya paling besar pada kulit, kelopak mata dan permukaan mata tetapi ujung lidah juga bisa rusak.

Selain itu, sekitar 25% pasien xeroderma pigmentosum juga mengalami kelainan sistem saraf yang bermanifestasi sebagai degenerasi saraf yang progresif dengan gangguan pendengaran.

Orang dengan xeroderma pigmentosum memiliki risiko 10.000 kali lipat untuk mengembangkan kanker kulit termasuk karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan melanoma.

Gejala pada setiap orang mungkin berbeda, namun kemungkinan diantaranya:

Gangguan kulit

Sekitar setengah dari pasien xeroderma pigmentosum mengalami luka bakar pada kulit yang terpapar sinar matahari setelah terkena paparan sinar matahari kurang dari 10 menit di bawah sinar matahari.

Luka bakar ini berevolusi selama beberapa hari dan mungkin membutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk sembuh, bahkan beberapa orang mengalami luka bakar parah seperti yang dialami Karine de Souza.

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Selain menghasilkan luka bakar pada tubuh, beberapa orang yang menderita xeroderma pigmentosum akan mengalami bintik-bintik di kulit (lentigos), dan kulit menjadi gelap atau menghitam.

Untuk orang-orang dengan paparan sinar matahari berulang berulang secara terus-menerus memiliki efek yang parah, yang mengakibatkan perkembangan awal dari bintik-bintik kulit prakanker (actinic keratosis) dan kanker kulit.

Gangguan mata

Kelopak mata dan permukaan mata yang terpapar sinar matahari biasanya akan terpengaruh yang menyebabkan terjadinya fotofobia (sensitivitas cahaya, atau nyeri saat melihat cahaya), dan konjungtiva (bagian putih mata) dapat menunjukkan peradangan yang disebabkan oleh sinar matahari.

Mata kering juga dapat menyebabkan peradangan kronis dan keratitis (radang kornea).

Pada kasus yang parah, keratitis dapat menyebabkan kornea menjadi keruh (kurangnya transparansi) dan vaskularisasi (peningkatan kepadatan pembuluh darah).

Efek gabungan ini dapat mengaburkan penglihatan, dan cenderung dapat membuat seseorang mengalami kebutaan.

Dengan paparan sinar matahari berulang-ulang, kelopak mata bisa mengalami atrofi (degenerasi), bulu mata bisa rontok, membuat mata tidak terlindungi dan berkontribusi terhadap hilangnya penglihatan.

Kanker kelopak mata, jaringan di sekitar mata, kornea dan sklera (bagian putih mata) dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan sepenuhnya.

Baca Juga : 5 Kesalahan Medis yang Pernah Terjadi, Salah Satunya Handuk Tertinggal di Usus Pasien

Gangguan sistem saraf

Sekitar 25% penderita xeroderma pigmentosum akan mengalami gangguan sistem saraf, seperti mikrosefali (kondisi yang ditandai oleh ukuran kepala yang lebih kecil dan perubahan struktural di otak), berkurangnya refleks tendon serta hilangnya pendengaran (ketulian yang disebabkan oleh kerusakan saraf pada saraf otak).

Penderitanya juga dapat mengalami gangguan kognitif progresif, kelenturan (kekakuan otot rangka), ataksia (kontrol dan koordinasi otot yang buruk), kejang, kesulitan menelan bahkan kelumpuhan pita suara.

Masalah-masalah ini diduga timbul karena hilangnya sel-sel saraf di otak. Otak pasien xeroderma pigmentosum menunjukkan atrofi (penyusutan) ditandai dengan pelebaran ruang berisi cairan di tengah otak.

Kanker

Penderita xeroderma pigmentosum memiliki peluang lebih besar untuk terkena kanker tertentu.

Risiko terkena kanker kulit non-melanoma, seperti karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa, kanker rongga mulut, khususnya karsinoma sel skuamosa di ujung lidah (daerah yang terpapar sinar matahari non-berpigmen), sering terjadi terutama pada pasien berkulit gelap.

Kanker internal yang telah dilaporkan pada individu dengan xeroderma pigmentosum meliputi: kanker otak, tumor sumsum tulang belakang, kanker paru-paru pada pasien yang merokok, leukemia (kanker sel darah putih), kanker tiroid, uterus, payudara, pankreas, lambung, ginjal, dan testis.

Namun beberapa hal tersebut tidak menjadi halangan bagi pria tampan asal Brasil tersebut untuk tetap mencintai kekasihnya.

Bahkan Edmilson menjadi inspirasi banyak orang bahwa mencintai bukanlah sebatas fisik saja. (Nikita Yulia Ferdiaz/Grid Health)

Artikel ini pernah tayang di Grid Health dengan judulIdap Kelainan Kulit Langka, Pria Tampan Ini Tetap Cintai Kekasihnya

Baca Juga : Bukan Hiasan, Ini Arti dari Garis pada Hutuf F dan J di Keyboard Laptop Kita

Artikel Terkait