Penulis
Intisari-Online.com -SebenarnyaMataharitidak benar-benarbersinseperti ketika kitabersin.
Namun katabersinrasanya tepat digunakan untuk menggambarkan fenomena yang serupa dengan kata tersebut.
Bayangkan, ketika Andabersin, tentu Anda akan meniupkan dan melontarkan udara hingga air liur. Nah, apa yang terjadi ini mirip dengan peristiwaMataharibersin.
Berbeda denga manusia, saatMataharibersin, bukan air liur yang terlontar, melainkan massa korona.
Baca Juga : Ini 5 Mitos vs Fakta Matahari bagi Kesehatan, Benarkah Bisa Mencegah Kanker?
Peristiwa itu adalah ledakan besar flux magnetik berisi gas dari bintik-bintik aktif di permukaanMatahari.
Sebelumnya para peneliti menduga bahwa semburan korona ini berbentuk serupa dengan aliran gelembung yang keluar dari permukaan air dan kemudian hilang tanpa jejak.
Namun penelitian terbaru menunjukkan hal yang berbeda.
“Kami menemukan, semburan itu lebih mirip awan debu atau bersin. Terdiri dari paket plasma yang bergerak sendiri-sendiri," ungkapMathew Owen dari University of Reading, pimpinan peneliti seperti dilansir dariScience Alert,Jumat (4/1/2019).
Baca Juga : 8 Tips Diet untuk Hipertensi, Mudah Dilakukan!
Dengan kecepatan mencapai 2.000 km per detik, semburan massa korona dapat menyebar dengan cepat di ruang angkasa.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi semburan ini untuk mencapai Bumi. Peneliti mengungkapkan bahwa semburan ini hanya membutuhkan waktu satu hingga tiga jam saja.
Sekadar informasi, jarak Matahari dengan Bumi adalah 149,6 juta km.
Hal ini tidak hanya terjadi satu kali saja, melainkan setiap beberapa jam sekali ketika aktivitas Matahari tengah mencapai puncaknya.
Baca Juga : Kurang Percaya Diri Memang Bikin Frustasi, Tapi Anda Bisa Mengatasinya dengan 11 Kiat Psikologis Ini
Lantas apa dampak yang dirasakan di Bumi? Massa korona dapat mengakibatkan perubahan cuaca, menciptakan badai geomagnetik yang berimbas pada padamnya listrik, terganggunya jaringan komunikasi, hingga meningkatnya paparan radiasi.
Sebuah kota pun bisa lumpuh dan mati karena dampak tersebut.
Para peneliti lantas mencoba mempersiapkan kemungkinan terburuk dari sampainya massa korona ini. Langkah awalnya adalah dengan mencoba memahami massa korona itu sendiri.
Dalam penelitiannya, Owen berhasil mengungkap fakta bahwa massa korona mengalami pemuaian dan semakin tidak teratur ketika mendekati Bumi.
Baca Juga : 12 Cara Jitu untuk Mengenali Gerak-gerik Pembohong dalam Hitungan Detik
Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian massa korona dapat berinteraksi dengan gaya yang berada di luarnya.
Lontaran massa korona lebih terkait dengan anginMatahariatau angin surya daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal inilah yang membuat fenomena tersebut lebih sulit untuk dilacak sebelumnya.
“Memprediksi bentuk dan pergerakan lontaran massa korona saat melewati anginMataharimenjadi hal yang tidak mungkin,” ucap Owen.
Oleh karena itu, Owen mengatakan bahwa para peneliti harus terlebih dahulu memahami anginMatahari. (
)Artikel ini pernah tayang dinationalgeographic.grid.id dengan judul "Ketika Matahari 'Bersin', Maka Satu Kota di Bumi pun Akan Lumpuh"