Benarkah Lakukan Push-Up Lebih dari 40 Kali Miliki Risiko Lebih Rendah Terkena Penyakit Jantung?

Mentari DP

Penulis

Jika Anda mudah lelah ketika melakukan push-up mungkin Anda sedang meningkatkan risiko penyakit jantung.

Intisari-online.com - Jika Anda mudah lelah ketika melakukan push-up mungkin Anda sedang meningkatkan risiko penyakit jantung.

Melansir dari Daily Mirror pada Senin (18/2/2019), menemukan bahwa pria dengan push-up lebih dari 40 secara signifikan lebih rendah terkena penyakit jantung.

Tak hanya itu saja, secara signifikan termasuk penyakit seperti arteri koronen dan gagal jantung.

Justin Yang, pemimpin dalam penelitian ini mengatakan,"Temuan ini memberikan bukti kapasitas push-up, bisa menjadi metode mudah tanpa biaya."

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

"Ini membantu menilai risiko penyakit kardiovaskular pada hampir semua situasi," tambahnya.

"Anehnya kapasitas, push-up lebih kuat, terkait penyakit kardiovaskular daripada treadmill submaksil," terangnya.

Dalam penelitian ini, para penelitis menganalisi data kesehatan dari 1.104 petugas pemadam kebakaran aktif.

Mereka dikumpulkan dari tahun 2000 hingga tahun 2010.

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Para peneliti, menilai kapasitas push-up mereka dan toleransi latihan treadmill.

Hasilnya, setiap orang yang menjalani latihan fisik, menylesaikan kuesioner kesehatan dan medis.

Dalam analisis studi, bahwa 37 insiden terkait jantung dilaporkan.

Semuanya kecuali, terjadi pada pria yang kurang melakukan 40 kali push-up selama tes awal.

Hasilnya, menakjubkan, para peneliti menyimpulkan pria dengan lebih dari 40 kali push-up lebih rendah 96% terkena penyakit jantung.

Sebaliknya, pria yang sanggup melakukan kurang dari 10 push-up rupanya lebih rentan terhadap penyakit jantung.

Profesor Stefanor Kales, penulis dalam studi ini mengatakan, "studi ini menekankan pentingnya kebugaran fisik pada kesehatan."

"Ini menjelaskan bahwa mengapa dokter harus menilai kebugaran selama pertemuan klinis," tambahnya.

Baca Juga : Buat Para Penyuka Salad, Ini Tips Membuat Salad yang Lebih Sehat dan Tetap Enak

Artikel Terkait