Find Us On Social Media :

Tak Hanya Menyeramkan, 'Awan Tsunami' di Makassar yang 'Viral' Ternyata Juga Sangat Berbahaya, Ini Penjelasan BMKG

By Intisari Online, Rabu, 2 Januari 2019 | 08:17 WIB

Intisari-Online.com - Di awal tahun 2019, warga Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dikejutkan dengan munculnya awan berbentuk gelombang tsunami.

Awan berbentuk gelombang tsunami itu sempat diabadikan sejumlah warga kota Makasar dan diunggah ke media sosial.

Awan berbentuk gelombang tsunami itu muncul pada Selasa (1/1/2019) sore.

Baca Juga : Meski Mendapat Peringatan Tsunami, BMKG Pastikan Tak Ada Potensi Tsunami di Indonesia Akibat Gempa Filipina

Awan itu terlihat menggulung hitam pekat berbentuk gelombang tsunami di atas langit Kota Makassar.

Bahkan, warga yang sempat merekam video awan gelombang tsunami tersebut di dalam area Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan diunggahkan ke media sosial.

Menurut staf Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Nur Asia Utami yang dikonfirmasi, Rabu (2/1/2019) pagi mengungkapkan, peristiwa munculnya awan gelombang tsunami dikenal sebagal cell awan kumulonimbus yang cukup besar.

Baca Juga : Gempa Filipina, Wilayah Indonesia Mendapat Peringatan Tsunami, BMKG Masih Analisis

Berbahaya

Biasanya, awan kumulonimbus tersebut disertai hujan deras, petir dan angin kencang.

“Peristiwa tersebut dikenal sebagai cell awan kumulonimbus yang cukup besar, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat/petir dan angin kencang. Untuk periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya bisa 1-2 jam,” katanya.

Baca Juga : Suara Dentuman Misterius di Bengkulu Mirip Suara Meriam, BMKG Duga Inilah Penyebabnya

Nur Asia Utami menuturkan, jika awan kumulonimbus ini berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, khususnya, pada pesisir barat dan selatan.

“Awan kumulonimbus bisa terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Bahkan, di Kota Makassar awan ini bisa tumbuh kembali,” tuturnya.

Nur Asia Utami menambahkan, jika awan kumulonimbus ini sangat berbahaya. Bahkan, membahayakan bagi lalulintas penerbangan.

Baca Juga : Suara Dentuman Misterius Terus Meluas, Benarkah Terkait Anak Krakatau? Ini Penjelasan BMKG dan PVMBG