Penulis
Intisari-Online.com - Kekalahan besar Arab pada 1948 memperburuk masalah negeri dan memunculkan kelompok-kelompok radikal.
Pada Juli 1951, Raja Abdullah dari Yordania yang diam-diam berdamai dengan Israel ditembak mati oleh kelompok radikal Palestina.
Di Mesir, Perdana Menteri Nokrashi Pasha dibunuh setelah perang.
Kemudian kelompok Perwira Bebas di bawah pimpinan Letnan Kolonel Gamal Abd al Nasser merebut kekuasaan pada 23 Juli 1952.
Nasser yang menyerukan paham radikalisme dan nasionalisme, mendorong fedayeen (gerilyawan Palestina) untuk melancarkan serangan yang semakin intensif ke Israel.
Angkatan bersenjata Mesir kemudian dimodernisasi besar-besaran dengan dukungan blok Soviet.
Hal itu jelas menjadi ancaman serius bagi Israel yang mendorongnya untuk membuat satu pilihan.
Yakni antara membeli Dassault Mystere IIC, yang dapat segera dikirim, atau menunggu Mystere IVA yang tengah didesain dan baru akan tersedia pada 1956.
Akhirnya Israel memilih untuk menunggu dan kesabaran itu mendapatkan imbalan besar.
Mystere IVA terbukti lebih daripada sekadar tandingan bagi pesawat pemburu Soviet mana pun pada zaman itu.
Pertempuran udara antarpesawat jet pertama pecah pada 29 Agustus 1955.
Yakni ketika sepasang Meteor Israel berhadapan dengan dua de Havilland Vampire Mesir yang telah memasuki kawasan udara Israel.
Dalam doghtfight yang kemudian terjadi, salah satu pesawat Mesir tertembak jatuh.
Namun para pilot Israel enggan menyeberangi perbatasan untuk memburu pesawat Mesir, sehingga kemenangan udara ini tak pernah dikonfirmasi.
Korban pertama dari duel antarjet adalah dua pilot de Havilland Vampire Angkatan Udara Mesir yang dirontokkan oleh Kapten Aharon Yoeli yang menerbangkan sebuah Gloster Meteor pada 1 September 1955.
Baca Juga : Rekam Aksi Bunuh 4 Polisi, Pembunuh Bayaran: Mereka Kami Bunuh karena Berani Dekatkan Hidung ke Bisnis Kami
Selain itu, Vampire Mesir lainnya juga ditembak jatuh oleh sebuah Oragan Israel yang diterbangkan oleh Letnan David Kishon pada 12 April 1956.
Sementara itu, Nasser, yang berambisi menjadikan Mesir sebagai pemimpin dunia Arab dan membawa negerinya menjadi salah satu kekuatan utama negara-negara non-blok, segera bertikai dengan Israel maupun Prancis dan Inggris.
Selain mendukung berbagai pemerintahan radikal di Afrika dan mendukung serangan fedayeen ke Israel, Nasser juga mendukung serangan fedayeen ke Israel.
Nasser juga secara aktif membantu kaum revolusionar Aljazair yang menentang kekuasaan Prancis.
Namun, hal ini melah membangun ikatan kepentingan bersama antara Prancis dan Israel.
Baca Juga : Jual Ginjal untuk Beli iPhone dan Rahasiakan Hal Ini dari Orangtuanya, Nasib Pria Ini Berakhir Tragis
Situasi memanas di Timur Tengah ketika Mesir memblokade pelayaran kapal-kapal Israel di perairan internasional.
Hal itu sekaligus melanggar baik kesepakatan genjatan senjata tahun 1949 maupun hukum internasional.
Keadaan semakin keruh akibat penolakan Inggris dan Amerika Serikat untuk mendanai pembangunan Bendungan Aswan, Mesir menasionalisasi Terusan Suez.
Merasa murka karena kepentingan strategisnya, termasuk jalur pengiriman minyaknya terancam, Inggris dan Prancis pun mengadakan kesepakatan untuk menggulingkan Nasser dengan bantuan Israel.
Baca Juga : Hanya Soal Waktu Tsunami Terjang Indonesia, Catat dan Pahami 5 Hal Ini Agar Selamat dari Tsunami