Penulis
Intisari-Online.com -Keberhasilan Badan Antariksa Amerika Serikat NASA mendaratkan wahana robot InSight di permukaan Mars pada Selasa (27/11) dini hari, disambut dengan suka cita.
Tak hanya tim teknis dari NASA yang menyambut bahagia, tapi juga para ilmuwan dan beberapa kalangan masyarakat.
Melalui InSight, para ilmuwan ingin menggali informasi lebih banyak tentang Mars, planet yang diharapkan akan menjadi "Bumi" berikutnya.
Namun, andai saja pada akhirnya Mars terbukti dapat dihuni,manusia harus belajar bercinta dan bereproduksi di lingkungan mikrogravitasi terlebih dahulu.
Simak saja ulasannyadalam artikel yang pernah tayang diKompas.com dengan judul "Ingin Pindah ke Mars? Manusia Harus Belajar Bercinta di Antariksa Dulu" berikut ini.
Namun, sebelum pindah dan menjadi penduduk Mars, Kris Lehnhardt, asisten dosen di departemen pengobatan darurat The George Washington University School of Medicine and Health Sciences, berkata bahwa jika kita ingin menjadi spesies yang mengarungi luar angkasa dan tinggal di luar bumi secara permanen, maka seks harus menjadi topik yang dibahas dan dipelajari secara serius.
Sayangnya, hingga kini para peneliti masih belum mengetahui bagaimana reproduksi dan perkembangan manusia berfungsi dan bekerja di Mars maupun planet lainnya.
“Ini adalah sesuatu yang jujur saja belum pernah kita pelajari secara dramatis karena sejauh ini belum relevan,” katanya dalam diskusi berjudul “On the Launchpad: Return to Deep Space” 16 Mei 2017.
Baca Juga : Pendaratan InSight di Mars dan Prediksi Stephen Hawking tentang Sisa Waktu Manusia Menghuni Bumi
Sebaliknya, yang sudah kita lakukan adalah membekukan sperma tikus di luar angkasa.
Pada tahun 2013, sekelompok peneliti dari Jepang mengirimkan sperma tikus untuk dibekukan di International Space Station.
Mereka ingin melihat pengaruh radiasi pada sel kelamin tersebut.
Baca Juga : Mengintip Isi di dalam Pangkalan 'Planet Mars' Milik China Bernilai Rp926 Miliar
Setelah dibawa ke bumi pada tahun 2014, sperma tersebut dikawinkan dengan sel telur dan ternyata menghasilkan keturunan yang sehat.
Walaupun demikian, rasanya masih terlalu pagi untuk menyebut radiasi tingkat tinggi di luar angkasa sama sekali tidak berpengaruh pada reproduksi.
Pasalnya, sperma tersebut dibawa kembali ke bumi untuk menghasilkan embrio yang kemudian berkembang di planet kita.
Lehnhardt sendiri masih menyangsikan bagaimana embrio manusia dapat berkembang di lingkungan mikrogravitasi atau Mars yang gravitasinya hanya 38 persen gravitasi bumi.
Baca Juga : Siapakah Alyssa Carson, Gadis 17 Tahun yang Akan Jadi Orang Pertama Tinggal di Mars?
“Kita tidak tahu bagaimana mereka akan berkembang. Akankah mereka memiliki tulang yang sama dengan kita? Bisakah mereka datang kembali ke bumi dan berdiri?,” ujarnya.
Selain itu, Lehnhardt berkata bahwa bentuk manusia yang hidup dan tumbuh di luar angkasa atau Mars akan jauh berbeda daripada kita sekarang dan mungkin akan memiliki cara reproduksi yang berbeda juga.
Baca Juga : Memburu Harta Karun Marsekal Rommel Sang Kaki Tangan Hitler