Penulis
Intisari-online.com - Kongo adalah satu di antara negara berkonflik di dunia, kengerian perang menjadi momok mengerikan bagi anak-anak di sana.
Di sela-sela ingatan memilukan itu, ada Dorcas Kabongo, adalah salah satu dari 20.000 anak-anak yang terpaksa menjadi pemberontak dalam perang sipil.
Ia dipaksa berperang dalam konflik sipil Republik Demokratik Kongo dan dipaksa untuk berperang melawan pemerintah.
Mereka disenjatai apapun, untuk melawan Kalashnikov yang menjadi lawan mereka, memakan semut merah dan koktail darah yang konon akan memberi keberanian.
Baca Juga : Lelah dengan Berat Badan 110 Kg, Ibu Dua Anak Ini Jadi Langsing Setelah Mengikuti Tips Diet dari Facebook
Melansir DailyMirror pada Minggu (25/11/2018), mereka terperangkap di tengah krisis Kongo yang memilukan, memaksa 1,4 juta orang keluar dari rumah bersama dengan 400.000 anak-anak di jurang kelaparan.
Situasi darurat ini memaksa PBB menyatakan respon tingkat 3, yang menempatkannya setara dengan bencana kemanusiaan di Suriah, Yaman dan Irak.
Meski demikian ada tindakan tak lazim dari pasukan milisi Kongo terhadap anak-anak negaranya.
Konon mereka dicuci otaknya dengan Voodoo (boneka sihir), untuk keluar batas mereka sebagai anak-anak dan masuk ke medan perang.
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
Dorcas di sini adalah salah satu anak-anak tersebut, kisahnya tentang perlawanan terhadap pemberontak sangatlah mengerikan.
"Hampir 30 pria bersenjata datang membawa kami dari rumah kami di Nganza," katanya pada Mirror.
"Kami berbaris dengan tangan terikat di belakang punggung kami selama dua jam.Mereka menuntut agar kami bergabung dengan milisi tetapi kami menolak." tambahnya.
Tetapi cerita tak berhenti sampai di situ, pasukan ini dengan kejamnya membunuh orang tua anak-anak ini hal itulah yang membuatnya ingin melakukan perlawanan.
Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur
"Ketika kami sampai di kamp, mereka memotong kepala ayah saya dengan parang.Saya melihat mayatnya," katanya.
"Kemudian mereka membuat saya melakukan inisiasi. Saya meminum kulit pohon dan debu untuk membuat kulit saya tahan peluru." tambahnya.
"Saya mencampur semut merah dengan alkohol untuk membuat saya cepat mencapai musuh dengan cepat," Dorcas menambahkan.
"Saya pergi ke medan perang dan saya tertembak.Seorang anggota milisi menyelamatkan saya.Mereka menaruh ramuan di lukaku dan mereka sembuh." Katanya lagi.
Baca Juga : Hari Guru Nasional: 10 'Qoute' Inspiratif untuk Rayakan Hari Guru Nasional
Dorcas adalah salah satu yang beruntung, dan selamat "Saya tidak bisa bertarung setelah itu.Saya hanya membantu memasak.Kemudian kami diserang oleh tentara Presiden Joseph Kabila, dan saya melarikan diri ke hutan."
Diperkirakan, sebanyak 60 persen anggota milisi adalah anak-anak yang dipikat, diperkosa, atau dipukuli, mereka menyaksikan eksekusi orangtua mereka.
Misi cuci otak mereka termasuk meminum darah musuh yang dibubuhi bagian tubuh mereka konon akan memberikan "kekuatan gaib".
Selama 12 bulan terakhir, Unicef telah menyelamatkan 1.712 anak-anak yang melarikan diri dari kelompok pemberontak di Kasai, termasuk 481 anak perempuan.