Penulis
Intisari-online.com -Kota Sodom dan Gomora, berdasarkan kisah di kitab suci, dihancurkan Tuhan dengan bencana alam karena polah mereka yang melegalkan hubungan sesama jenis atau LGBT.
Diduga kuat kota ini terletak di kawasan Laut Mati.
Peradaban mereka punah dan luluh lantak sekitar 4.000 tahun SM.
Seperti dilansir Sputniknews (23/11), para arkeolog dari Trinity Southwest University, sebuah lembaga pendidikan tinggi Kristen di New Mexico, Amerika Serikat meneliti lokasi-lokasi yang diyakini bekas peradaban kaum Sodom.
Mereka mengklaim, peradaban di Laut Matu hancur pada 3.700 tahun SM karena hantaman meteor dari angkasa luar.
Baca Juga :Ini Alasan Kita Dilarang Mengunjungi Pulau Sentinel Tempat Misionaris Amerika Dipanah hingga Tewas
Pada pertemuan tahunan American Schools of Oriental Research di Denver, Colorado,Phillip Silvia melaporkan temuan awal dari penggalian mereka di daerah tersebut.
Daerah tersebut diyakini oleh beberapa ilmuwan sebagai tempat bermukim kaum Sodom dan Gomora.
Penelitian menunjukkan, pemukiman yang terletak di wilayah Ghor Tengah di Lembah Yordan tersebut dulu dihuni sekitar 65.000 jiwa.
Baca Juga :Misionaris Itu Tulis ‘Tuhan, Aku Tidak Ingin Mati’ Sebelum Dibunuh Suku Santinel di Andaman
Rumah-rumah di sana kemudian lenyap disapu gelombang panas dan angin badai. Demikian laporanScience News.
Gelombang ledakan juga memicu terciptanya air asin di Laut Mati.
Menurut para peneliti, ledakan tersebut tidak hanya menghapus seluruh kehidupan kota-kota Zaman Perunggu Tengah tersebut, tetapi juga lahan yang dulunya subur.
Ledakan meteor tersebut menyapu bersih seluruh kawasan termasuk kota kuno Tall el-Hammam, tempat para peneliti bekerja selama bertahun-tahun.
Penanggalan radiokarbon mengungkapkan, dinding bata lumpur tiba-tiba menghilang di kota Ghor Tengah, karena hanya fondasi batu yang tersisa.
Baca Juga :Beli Brankas Bekas Seharga Rp7Juta, Eh Isinya Ada Duit Rp105 Miliar
Permukaan tembikar yang ditemukan di situs itu meleleh menjadi kaca, yang mungkin merupakan hasil dari suhu ekstrim.
Setelah dugaan ledakan itu, orang-orang tidak akan kembali ke wilayah itu selama 600-700 tahun.
PERADABAN KOTA SODOM
Sodom sendiri diyakini merupakan kota terluar di wilayah tersebut.
Luasnya diperkirakan mencapai 5 hingga 10 kali luas kota-kota di sekitarnya.
Steven Collins, ilmuwan Trinity Southwestern University mengklaim, timnya menemukan bukti adanya kota yang diperluas.
Kota tersebut dilengkapi dinding pertahanan dari bata merah dengan tebal 5,2 meter dan tinggi 10 meter.
Tembok ini dilengkapi dengan gerbang, menara pengawas, dan setidaknya satu jalan.
Bagi para peneliti, dinding ini menjadi bukti bahwa kota itu terus diperluas dan diperkaya.
Selama pertengahan Zaman Perunggu, tembok ini digantikan dengan benteng yang lebih besar.
Baca Juga : Kasus Pembunuhan Khashoggi: Sebelum Dipotong-potong, Darah Khashoggi 'Dikuras' Habis dari Tubuhnya