Wanita Ini Mengira Ia Mengalami Pneumonia, Tetapi Ternyata Penyakit yang 'Lebih Mengerikan'!

Adrie Saputra

Penulis

Wanita ini yang baru pindah rumah ini mengira ia mengalami pneumonia ketika napasnya sesak, tetapi ternyata dokter mendiagnosisnya berbeda.

Intisari-Online.com – Amanda Nerstad baru saja pindah dari Chicago ke Knoxville, Tennessee ketika dia mulai merasakan tekanan aneh di dadanya. "Saya pikir karena stres akibat pindahan," katanya kepada Health.com.

Dua minggu setelah pindah, wanita berumur 39 tahun itu berjalan keluar untuk jogging, tetapi ia mendapati dirinya benar-benar kehabisan napas.

"Saya harus mulai berjalan dan berpikir ini aneh," tambahnya.

Ia pikir itu karena serangan radang paru-paru, bentuk ringan dari infeksi paru-paru.

Baca Juga : Sebelum Meninggal Dunia, Stan Lee Pernah Berjuang Lawan Pneumonia: Ini Fakta-fakta Pneumonia

Dan ia mendiamkan saja hingga akhir pekan.

Karena belum memiliki dokter keluarga di tempat baru, pada hari Senin pagi ia pergi ke klinik dan bertanya apakah mereka memiliki alat rontgen.

Wanita ini tetap berpikir bahwa pneumonialah yang membuatnya sulit bernapas.

Diagnosis yang datang beberapa hari kemudian, membuatnya tidak menduga: stadium 4 kanker paru-paru.

Di klinik itu, Nerstad diberitahu bahwa ia mungkin memiliki paru-paru yang kolaps dan harus segera ke ruang gawat darurat.

Di UGD, dokter mengatakan bahwa terdapat cairan di paru-paru kirinya, tetapi harus dicari dahulu penyebabnya.

Setelah mengikuti sejumlah tes selama empat hari di rumah sakit, ia keluar dari rumah sakit.

"Mereka memberi tahu saya bahwa mereka mengira saya menderita kanker ovarium dan saya harus berkonsultasi dengan dokter lain," kata Nerstad.

Baca Juga : Sebelum Meninggal Dunia, Stan Lee Sempat Berjuang Melawan Pneumonia: Yuk, Kenali Gejala Penumonia

Mendengar kata "kanker" tentunya benar-benar mengejutkan dan menjengkelkan. Lebih banyak pertanyaan berputar-putar daripada jawaban, jelas Nerstad.

"Kanker sama sekali tidak ada di keluarga saya, saya benar-benar terkejut."

Keesokan harinya ia membawa semua dokumennya dari rumah sakit pertama ke ruang gawat darurat kedua, hingga ia melakukan serangkaian tes.

Setelah enam atau tujuh hari, ia diharuskan mengikuti prosedur bedah berbantu video yang menemukan penyebab sebenarnya dari gejala yang ia derita, yaitu kanker paru-paru.

"Kanker, benar-benar tidak terpikirkan oleh saya, apalagi kanker paru-paru," kata Nerstad.

Baca Juga : Siapa Sangka Ibu Muda Ini Meninggal karena Flu yang Berubah Jadi Pneumonia

Ia baru berusia 39 tahun, bukan perokok, makan sehat, rajin jogging, dan melakukan yoga. Yang lebih buruk lagi adalah kata-kata yang tidak menyenangkan itu: stadium 4.

"Saya sangat khawatir dengan waktu yang tersisa."

Lalu, firasat dari onkolognya mengubah segalanya. Ia menjalankan pengujian genetika. Diperlukan 10-14 hari untuk mendapatkan hasilnya kembali.

Ketika dokternya akhirnya menelepon, dengan kabar baik, setidaknya dalam hal diagnosis kanker paru stadium 4.

Rupanya, ia mengalami sejenis kanker paru-paru yang disebut ALK-positif, yang disebabkan oleh mutasi genetik spesifik yang dapat diobati dengan terapi yang ditargetkan daripada kemoterapi tradisional.

Baca Juga : Dari Pneumonia Hingga Kanker Ovarium, Inilah 4 Bahaya Bedak Tabur Bagi Bayi

Ia pun melakukan perawatan pribadi dengan terapi oral yang ditargetkan dua kali sehari untuk mencegah penyebaran kanker. Itu terjadi dua tahun lalu.

Dan inilah yang membuatnya tetap hidup.

Efek samping yang dirasakannya termasuk sekit kaki dan otot yang biasanya hilang "sesaat setelah saya bangun dan bergerak", kelelahan, dan sensitivitas matahari. Tapi minim saja.

"Tidak layak untuk dikeluhkan," katanya. Paling tidak, ia senang bisa kembali melakukan sesuatu sebelum ia didiagnosis kanker, yaitu menikmati waktu bersama keluarganya dan kembali berolahraga.

Perawatan ini akan berlangsung seumur hidup, namun akhirnya ia akan hidup kebal terhadap pil. Orang dengan kanker paru-paru ALK-positif, hampir selalu mengembangkan resistensi terhadap pengobatan. Demikian sebuah artikel dalam Current Oncology 2018.

Baca Juga : Ini Dia Fakta-Fakta Pneumonia, Penyakit Masa Depan yang Perlu Diwaspadai

Kini, ia mengumpulkan uang untuk mendanai penelitian kanker paru sebagai fokusnya. Ini penting dilakukan untuk melanjutkan penelitian untuk pil terapi yang lebih bertarget sehingga ada banyak pilihan ketika tubuh sudah resisten pada pil tersebut.

Teman-teman dan keluarganya sangat mendukung apa yang dilakukannya. Bahkan ia telah melakukan penggalangan dana untuk keluarga lain, untuk penelitian ALK-positif, jelas Nerstad bangga.

"Aku menjalani hidupku seperti dulu. Satu-satunya hal yang benar-benar berubah adalah cara kita melihat kehidupan," katanya, bersyukur untuk setiap hari yang ia miliki.

Kita harus mengetahui tubuh kita sendiri.

Ia ingat, sering mengalami refluks asam sekitar enam bulan sebelum itu.

Mungkin itu tandanya. Maka ia mengingatkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila ada yang tidak beres dengan tubuh kita.

Ia juga mengingatkan bahwa kanker paru-paru bukan hanya penyakit perokok.

"Saya adalah contoh sempurna. Bahwa siapapun bisa terkena kanker paru-paru."

Baca Juga : Dari Perokok Aktif hingga Bukan Perokok, Berapa Persenkah Seseorang Berisiko Terkena Kanker Paru-paru?

Artikel Terkait