Penulis
Intisari-Online.com -Ekspedisi bertemakan “Energi untuk Perubahan” ini bertujuan memotret aktivitas program pengabdian masyarakat PT Pertamina EP Asset 3 Tambun, Subang, dan Jatibarang Field.
“Kami tidak semata-mata fokus pada operasional dan produksi saja, tetapi juga berbagi dan bersinergi dengan masyarakat dan lembaga terdekat di wilayah operasi. Harapannya agar masyarakat mendapatkan dampak positif dari operasi perusahaan di wilayahnya,” tutur Hermansyah Y Nasroen, Public Relation Manager PT Pertamina EP.
Budi daya di Tatar Pasundan
Binaan pertama yang telah berhasil adalah Kelompok Olahan Bandeng C-73 di Kampung Cikeris RT 07 RW 03, Desa Tambaksari, Kabupaten Karawang. Dari hasil pelatihan yang diadakan PT. Pertamina EP Tambun Field, kelompok ini kini mampu mengolah sekitar 60 kg ikan bandeng dalam dua hari. Hasilnya, tersedia lapangan pekerjaan dan peningkatan perekonomian anggotanya.
Padahal awalnya kegiatan dari kelompok yang beranggotakan 10 orang ibu ini sempat ditentang suami-suami mereka. Namun setelah menikmati hasilnya, para suami kini justru mendukung penuh. Apalagi kegiatan ini dilakukan setelah ibu-ibu itu menyelesaikan tanggung jawabnya di rumah masing-masing.
Masih di Desa Tambaksari, ada pula Koperasi Mina Agar Makmur yang menggarap tambak rumput laut dengan sistem polikultur. Koperasi yang memiliki 72 anggota dan 400 mitra di sekitar Karawang, Bekasi, Subang, dan Indramayu ini menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Tambak rumput laut di Desa Tambaksari memang belum sebanyak tambak ikan bandeng, yaitu sekitar 2.500 hektare. Namun Usup Supriatna, pendiri koperasi ini optimis jumlahnya akan terus bertambah karena rumput laut jenis Gracilaria yang dibudidayakan, menjadi bahan dasar industri seperti agar-agar, kosmetik, makanan, dan obat.
Kunci keberhasilan koperasi ini adalah kontrol kualitas produk. Rumput yang tidak lolos juga masih bisa diolah menjadi pakan bandeng. Malah pada Agustus 2018 akhirnya dibentuk unit usaha baru yang mengolah pakan ikan dari limbah rumput laut. Bantuan mesin-mesin pengolah rumput laut untuk pakan ikan diberikan oleh PT Pertamina EP Asset 3 Tambun Field.
Bersama berbagi inspirasi
Lain lagi cerita di Subang, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field mendorong berdirinya Rumah Inspirasi Subang. Fokus gerakan ini ada pada masalah sampah, remaja putus sekolah, dan pelestarian kebudayaan asli yaitu kesenian Sisingaan. Pegiatnya sendiri juga berasal dari beragam latar belakang, ada polisi, bekas pemakai narkoba, remaja putus sekolah, dll.
Program utama Rumah Inspirasi Subang ada dua, yaitu Bank Roentah Inspirasi (BROERI) serta Sanggar Inspirasi (SARI). BROERI fokus pada pengolahan organik dan anorganik, termasuk di dalamnya adalah bank sampah. Sampah organik dikumpulkan dan diolah menjadi biogas. Sedangkan sampah anorganik seperti bungkus kopi, plastik, dan tutup botol didaur ulang.
Sementara SARI memiliki program kreatif untuk pemberdayaan masyarakat, seperti Dangdeur English Club, Ngamumule Kasundaan (Kesenian Sisingaan dan Jaipong), Taman Baca Inspirasi, Pojok Inspirasi (kegiatan talkshow tokoh masyarakat yang menginspirasi), Bengkel Kreatif (pembuatan produk daur ulang seperti tas, kotak, karpet dari bungkus kopi atau tutup botol), dll.
Dari Subang kami bergerak ke arah Indramayu di Desa Karanglayung. Program yang dilakukan masyarakat desa antara lain program ternak domba dan sapi, Rumah Cerdas DTA AT-TAUBAH, pembenihan lele, dan olahan bonggol pisang. Tujuan diadakannya empat program itu adalah agar masyarakat setempat menjadi mandiri dan membuka lapangan pekerjaan.
Masyarakat tanpa stigma
Prihatin dengan angka penderita HIV/AIDS yang cukup tinggi di Kabupaten Subang, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field pada tahun 2017 menginisiasi program Pasukan Anti Penularan HIV/AIDS (Pantura) yang bergerak dalam bidang penanggulangan penyebaran HIV/AIDS, serta pengobatan dan pemberdayaan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Program Pantura dilaksanakan oleh organisasi WAPA (Warga Peduli HIV/AIDS) yang berlokasi di Desa Sukareja. Tantangan mereka adalah stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Perlakuan buruk terhadap ODHA merupakan bentuk diskriminasi yang muncul karena adanya prasangka negatif atau stigma.
Program edukasi mengenai HIV/AIDS pun digalakkan antara lain dengan melakukan penyuluhan serta lomba mural mengenai HIV/AIDS. Harapan terbesar dari WAPA adalah ODHA bisa hidup berdampingan tanpa stigma dengan masyarakat. Wanita pekerja seks dan orang dengan HIV/AIDS adalah sesama manusia yang harus kita rangkul dan temani, jangan dijauhi.
Denyut Topeng Mimi Rasinah di Desa Pekandangan
Ada pula aktivitas di bidang kesenian yang menjadi perhatian dari PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field melalui pendirian Sanggar Tari Mimi Rasinah. Rasinah adalah maestro Tari Topeng dari Indramayu yang menekuni kesenian ini secara turun temurun, hingga kini masuk generasi kesebelas.
Sekian lama Tari Topeng sempat tertidur. Pada masa penjajahan Jepang, rombongan topeng dilarang dan perlengkapannya dimusnahkan. Selama puluhan tahun Tari Topeng tertidur, hingga pada 1994 Mimi Rasinah “ditemukan” kembali oleh dosen STSI Bandung.
Kini Tari Topeng dilestarikan oleh Aerli Rasinah, cucu sekaligus penerus Sang Mestro. Selain Tari Topeng, sanggar ini juga mengajarkan gamelan untuk mengiringi tari dan pembuatan topeng. Tari Topeng, gamelan, dan topeng saling bergantung satu dengan yang lain. Tanpa keduanya Tari Topeng tidak akan ada.