Find Us On Social Media :

5 Kesalahan Umum yang Dilakukan Orangtua Kepada Batita yang Nakal (2)

By Ade Sulaeman, Selasa, 23 Desember 2014 | 16:00 WIB

Intisari-Online.com - Fase batita adalah fase dimana anak mulai ‘nakal’ karena mulai gemar membangkang atau tidak patuh. Nah, di fase ini pula sering ditemukan kesalahan umum yang dilakukan orangtua kepada batita yang ‘nakal’ tersebut.

3. Memberi Label Negatif

Tanpa disadari, orangtua mengatakan, “Adek, kok nakal sih!” atau, “Adek, jangan nakal dong!” Padahal, si anak cuma enggak mau duduk diam atau ketika sedang bereksplorasi si batita melempar mainan, menumpahkah air, dan sebagainya.

Terdengar sepele, tapi kesalahan umum yang dilakukan orangtua kepada batita yang ‘nakal’ tersebut sangat berpengaruh pada psikologis anak. Harus kita sadari, si batita masih memiliki pemikiran yang polos, jika kata “nakal” terus-menerus didengarnya, lama-lama ia akan merasa dirinya memang nakal.

Hindari melabel anak, apalagi dengan kata-kata negatif, seperti “nakal” atau “bodoh”. Lebih baik gunakan kalimat menasihati, semisal, “Kalau Adek menumpahkan air, nanti Adek bisa terpeleset dan jatuh. Sakit lo, Dek.” Atau, “Kalau mobil-mobilannya dilempar, nanti bisa rusak. Adek jadi enggak punya mobil-mobilan lagi.”

4. Mengiming-imingi Sesuatu

Ketika si batita menolak melakukan sesuatu, orangtua pun mengiming-iminginya dengan hadiah, “Kalau Adek mau mandi sekarang, nanti Mama beliin es krim.”; “Kalau Adek mau makan, besok kita jalan-jalan ke mal.”; “Kalau Adek mau X, nanti Mama kasih Z.”

Kenyataannya, salah satu bentuk kesalahan umum yang dilakukan orangtua kepada batita yang ‘nakal’ ini akan membuatsi batita akan kembali melakukan sesuatu demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Ia menjadi patuh hanya karena berharap untuk diberikan sesuatu. Namun jika sesuatu yang dijanjikan itu tidak diperolehnya alias orangtua hanya membohonginya, tentu anak akan kecewa. Jika kebohongan ini sering terjadi, lama-lama akan menurunkan rasa percaya anak kepada orangtua.

Maka dari itu, sebaiknya orangtua tidak menjanjikan akan memberi sesuatu pada anak hanya agar anak menurut atau mau melakukan perintah orangtua. Hindari pula kata ”nanti” karena dalam pikiran polosnya, anak akan beranggapan nanti itu bisa sekarang atau besok. Jadi, kalau kita memang perlu menegurnya, maka tegurlah tanpa harus menjanjikan apa-apa, melainkan dengan memberi penjelasan. “Kalau Adek tidak mau makan, Adek bisa sakit.”

5. Mengancam

Sering kali orangtua tidak menyadari ketika mengucapkan kata ancaman agar masalah dengan batitanya dapat cepat terselesaikan, “Kamu kalau enggak bisa diam nanti Mama cubit!”; “Kalau Adek enggak mau makan, nanti enggak Mama beliin es krim!”

Anak memang patuh, tapi karena takut. Padahal, kalau ia hanya patuh karena takut, kemungkinan untuk mengulangi hal tersebut akan sama besarnya seperti sebelum diancam.

Hindari kata-kata ancaman, apalagi sudah menyangkut fisik. Jangan membentuk si buah hati menjadi seorang yang penurut karena berada di bawah tekanan ancaman. Usahakan untuk memberi pengertian, alih-alih mengancam. Jika si batita dapat memahami penjelasan orangtuanya, kemungkinan untuk mengulangi hal yang sama jauh lebih kecil. (tabloid-nakita.com)