Find Us On Social Media :

Ketika Belanda Merasa Ketakutan dan Rela Memberikan Papua Tanpa Syarat, Pertumpahan Darah pun Terhindarkan

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 20 Maret 2018 | 06:00 WIB

Intisari-Online.com - Pada awal 1962, ketika situasi permusuhan antara Indonesia dan Belanda yang memperebutkan Irian Barat (Papua) makin memuncak, konflik militer dalam skala besar tak bisa dihindari.

Operasi militer dalam skala besar untuk merebut Irian Barat dengan sandi Operasi Jayawijaya pun segera digelar.

Operasi Jayawijaya merupakan operasi tempur gabungan berskala besar (total war) dan melibatkan armada kapal perang dalam jumlah besar.

Tujuan utamanya adalah untuk merebut dan menduduki kota Biak.

Untuk menentukan kepastian serbuan Operasi Jayawijaya, pada 25 Juni 1962, bertempat di Kesatrian Angkatan Laut Malang, Jawa Timur, telah ditentukan bahwa hari H jatuh pada 12 Agustus 1962.

Dalam rapat yang berlangsung sangat rahasia itu juga ditetapkan beberapa perwira yang akan menyusun taktik dan strategi Operasi Jayawijaya.  

(Baca juga: Hutomo ‘Tommy’ Mandala, Lahir saat Soeharto Jadi Panglima Mandala dalam Operasi Pembebasan Irian Barat)

Di antaranya, Komodor Soedomo, Kolonel Udara Sri Mulyono Herlambang, dan Mayor Udara Pribadi ditugaskan untuk menyusun rencana operasi perang di laut (naval warfare operation).

Komodor Udara Leo Wattimena dibantu oleh Kolonel Inf Achmad Wiranatakusumah, Mayor Udara M Loed ditugaskan untuk menyusun rencana operasi udara (airborne operation).

Kolonel Mulyono S, Letkol Haryono Nimpuno, Letkol KKO Soewadji, dan Mayor KKO Bob Adman ditugaskan untuk menyusun tentang rencana operasi perang amfibi (amphibious warfare).

Sebagai hasil dari koordinasi tersebut, selanjutnya diputuskan pembagian tugas masing-masing pimpinan komponen.

Brigjen Rukman memimpin operasi pendaratan. Komodor Sudomo memimpin operasi amfibi, Komodor Udara Leo Wattimena memimpin operasi serangan udara, dan Mayjen TNI Soeharto sebagai Panglima Mandala akan memimpin langsung Operasi Jayawijaya.

(Baca juga: Gila! Ketika Menggelar Operasi Trikora, Kopaska Ternyata Menyiapkan Pasukan Bunuh Diri Menggunakan 'Torpedo Manusia')