Penulis
Intisari-Online.com – Satu-satunya yang selamat dari sebuah kapal yang karam, terdampar di sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni.
Dengan terburu-buru, pria itu berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkannya.
Dan setiap hari ia mengamati cakrawala untuk meminta pertolongan. Tapi sayang, sepertinya tidak ada yang akan datang untuk menyelamatkannya.
Karena lelah, akhirnya ia membangun sebuah gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari bahaya yang datang ke pulau kecil itu, juga untuk menyimpan beberapa barangnya.
Tapi pada suatu hari, setelah mencari makanan, ketika ia sampai di gubuknya, ia menemukan gubuk kecilnya itu terbakar. Asap hitam bergulung ke langit.
Ah, yang terburuk telah terjadi. Semuanya hilang. Pria itu tercengang antara sedih dan marah. Tuhan, bagaimana bisa Kau lakukan ini padaku? Pikir pria itu. Ia menangis.
Keesokan harinya, ia terbangun oleh suara sebuah kapal yang mendekati pulau itu. Ternyata kapal itu datang untuk menyelamatkannya.
“Bagaimana Anda tahu saya di sini?” tanyanya kepada orang dari tim penyelamat itu.
“Kami melihat sinyal asap Anda,” jawab mereka.
Mudah sekali kita berkecil hati bila terjadi hal-hal buruk. Tapi kita seharusnya tidak kehilangan hati, karena Tuhan sedang bekerja dalam hidup kita, bahkan di tengah rasa sakit dan penderitaan.
Seperti kisah tadi, gubuk kecil terbakar habis, mungkin saja itu adalah sinyal asap yang memanggil yang merupakan anugerah dari Tuhan.
Untuk semua hal negatif yang kita katakan kepada diri kita sendiri, Tuhan memiliki jawaban positif untuk itu. Melewati ini, kita tidak pernah tahu kehidupan siapa yang mungkin dibutuhkan hari ini.
Percayalah, ada beberapa waktu kita semua merasa gubuk kita terbakar.