Penulis
Intisari-Online.com – Sudah beberapa versi ia coba.
Tak satu pun sesuai keinginan.
Meskipun ia sendiri tak tahu apa yang ia ingini.
Sekarang ia terima tantangan Laila untuk meramalnya lewat face reading. “Buat seru-seruan aja sambil makan siang,” pikirnya.
“Pada usia 28 atau 29 tahun kau akan mengalami gejolak ....” Teman-teman ramai teriak, “Hu ..... tahun depan dong,” sela mereka.
(Baca juga: Nasib Daging Sisa Pengunjung Restoran: Didaur Ulang dan Menjadi Makanan Berharga Bagi Warga Miskin Filipina)
Mata Laila tajam menelusuri bagian dahinya, “Kau akan banyak melakukan perjalanan ...”
“Iya - lah, kan aku suka traveling,” selanya.
“Maksudku, kau akan mendapat nafkah lewat perjalananmu. Lalu ... bla bla bla ...”
Rico terperangah.
Minggu lalu ia mendapat tawaran menggiurkan dari sebuah perusahaan global produk pertanian.
Sayangnya ia harus siap ditempatkan di mana pun, di seluruh dunia. Meninggalkan mama yang sudah sendiri; sedangkan ia anak semata wayang.
Dan bagaimana dengan pujaan hatinya, Riza? Masa LDR? Gundah-gulana, resah gelisah.
“Aah, umur tujuh tahun terjadi trauma dalam hidupmu,” Laila sedang memelototi kupingnya, membuat nyawanya serasa terbetot kembali ke Bumi.
“Papa meninggal karena kecelakaan ... ,” tak sadar ia menjawab.
(Baca juga:Pria ini Ungkap Kengerian Menjadi Saksi Resmi Proses Eksekusi Mati Lebih dari 60 Narapidana)
“Okay, Ric, ramalan ‘kan cuma ramalan. Yang penting niih .... di sini ... dan .. di Atas!” Laila menyentuh dada Rico, lalu menunjuk ke atas.
Teman-teman yang sedari tadi ikut menyimak memberi aplaus dan bergantian tunjuk jari minta diramal.
Laila benar, penentu adalah dirinya sendiri dan Tuhan. Bagaimana mungkin dia melupakan-Nya? Pelan keberanian mengalir hangat di hatinya, menegakkan nyalinya, mengokohkan jiwanya. (Lily Wibisono – Intisari Januari 2016)