Penulis
Intisari-Online.com - Lubang hitam adalah bagian dari ruang waktu yang merupakan gravitasi paling kuat, bahkan cahaya tidak bisa kabur darinya.
Tidak heran lubang hitam menjadi sumber banyak sensasi dan misteri.
Namun sejauh mana kebenaran fiksi ilmiah terkait lubang hitam?
Nah, dikutip dari The Conversation, Kevin PImbblet,dosen senior fisika dari University of Hull,akan mencoba menjelaskannya.
(Baca juga:Lubang Hitam Raksasa Ditemukan Bersembunyi di Antara Awan Gas Beracun)
(Baca juga:Oleh Para Ilmuwan, Dua Lubang Hitam Ini Disebut akan Berdansa hingga Hari Kiamat Nanti)
Massa, muatan, putaran
Ada tiga karakter sebuah lubang hitam yang (pada prinsipnya) bisa diukur, yaitu massa, putaran (atau momentum anguler), dan keseluruhan muatan listriknya.
Sebetulnya, memang hanya tiga parameter itu yang bisa diketahui pengamat dari luar karena semua informasi lain tentang apa pun yang masuk dan menyusun sebuah lubang hitam sudah lenyap. Inilah yang dikenal sebagai "no-hair theorem".
Sederhananya: betapa pun banyak rambut atau betapa pun kompleksnya sebuah objek yang Anda lemparkan ke dalam sebuah lubang hitam, ia akan diubah menjadi (atau dipangkas) tinggal hanya massa, muatan, dan putarannya.
Dari ketiga parameter itu, bisa dikatakan massa adalah yang paling signifikan.
Definisi lubang hitam sendiri adalah ia membuat massanya terkonsentrasi menjadi sebuah volume yang tak terkatakan kecilnya—"singularitas".
Dan massa lubang hitam inilah—serta gaya gravitasi sangat besar yang ditimbulkan massanya—yang “merusak” benda-benda di sekitarnya.
Spageti angkasa
Salah satu efek yang paling diketahui tentang lubang hitam terdekat memiliki nama imajinatif "spagetifikasi".
Singkatnya, kalau Anda keluyuran terlalu dekat dengan lubang hitam, Anda akan meregang, persis spageti.
Efek ini disebabkan oleh gradien gravitasi di sekujur tubuh Anda.
(Baca juga:Akhirnya! Dalam Satu Tahun Ke Depan, Kita Bisa Melihat Foto Lubang Hitam untuk Pertama Kalinya)
Bayangkan Anda meluncur menuju lubang hitam dengan kaki lebih dahulu. Karena secara fisik lebih dekat dengan lubang hitam, kaki Anda akan merasakan tarikan gravitasi lebih kuat daripada kepala Anda.
Lebih buruk lagi, tangan Anda, karena memang bukan pusat tubuh Anda, akan ditarik dalam arah (vektor) yang agak berbeda dari kepala Anda. Ini menyebabkan bagian-bagian tepi tubuh ditarik ke dalam.
Hasil akhirnya bukan hanya memanjangnya tubuh secara keseluruhan, tetapi juga pemipihan (atau kompresi) di tengah.
Karena itulah tubuh Anda atau benda lain apa saja, seperti Bumi, akan mulai menyerupai spageti jauh sebelum menyentuh pusat lubang hitam.
Titik tepatnya tempat gaya-gaya ini menjadi terlalu kuat untuk ditanggung akan sangat tergantung pada massa sebuah lubang hitam.
Untuk sebuah lubang hitam “biasa” yang dihasilkan oleh runtuhnya sebuah bintang bermassa tinggi, titik itu bisa berada beberapa ratus kilometer dari horizon peristiwa, titik lokasi tidak ada informasi yang bisa lolos dari lubang hitam.
Tapi untuk sebuah lubang hitam supermasif,seperti yang dianggap terdapat di pusat galaksi kita, sebuah objek bisa tenggelam dengan cepat ke bawah horizon peristiwa sebelum menjadi spageti pada jarak berpuluh-puluh ribu kilometer dari pusatnya.
Seorang pengamat luar dari kejauhan horizon peristiwa lubang hitam akan melihat kita melambat secara progresif dan memudar seiring waktu.
(Baca juga:Selama Satu Dekade, Lubang Hitam Raksasa "Kunyah" Bintang)
Kabar buruk bagi Bumi
Apa yang akan terjadi, secara hipotetis, jika sebuah lubang hitam tiba-tiba muncul di dekat Bumi?
Efek-efek gravitasi yang sama yang menghasilkan spagetifikasi akan mulai bekerja di sini. Tepian Bumi yang paling dekat dengan lubang hitam akan merasakan gaya yang jauh lebih kuat daripada sisi terjauhnya.
Jika demikian, kehancuran seluruh planet sudah di depan mata. Kita akan terkoyak-koyak.
Pada saat yang sama, kita mungkin bahkan tidak menyadari jika sebuah lubang hitam yang benar-benar supermassif menelan kita di bawah horizon peristiwa ketika segala sesuatu akan tampak seperti tadinya, setidak-tidaknya untuk periode waktu singkat.
Dalam hal ini, bisa jadi beberapa saat sebelum malapetaka menerjang.
Tapi jangan terlalu khawatir, kita akan celaka terlebih dahulu karena “menabrak” sebuah lubang hitam—lagi pula, kita mungkin tetap hidup secara holografis setelah saat kritis tersebut.
(Baca juga:NASA Temukan Lubang Hitam Tertua dan Terbesar di Alam Semesta)
(Artikel ini sudah tayang di nationalgeographic.co.id dengan judul “Apa yang Akan Terjadi Jika Bumi Jatuh ke Lubang Hitam?”)