Find Us On Social Media :

Ditawari untuk Kabur, Hitler Justru Menolak dan Malah Bekali Para Penyelamatnya dengan Sianida

By Ade Sulaeman, Jumat, 23 Februari 2018 | 10:45 WIB

Intisari-Online.com - Hari Senin 30 April, pasukan Rusia tinggal satu blok dari gedung kekanseliran dan bunker Hitler.

Kondisi semakin gawat. Pertempuran memperebutkan gedung Reichstag berlangsung sengit.

Beberapa kali pasukan infanteri Soviet berusaha menyerbu, tetapi setiap kali pula terpukul mundur.

Ketika mereka akhirnya berhasil memasuki gedung simbol kekuasaan Nazi itu, untuk merebutnya pun harus melalui pertempuran berdarah-darah dari ruang satu ke ruang lain, dari tingkat satu ke tingkat lainnya.

(Baca juga: Yang Konyol-Konyol di Perang Dunia II: Nazi Gelar Pesawat Palsu dari Kayu dan Sekutu Mengebomnya Dengan Bom Kayu)

Tank dan meriam dikerahkan mendukung serbuan tersebut.

Pasukan SS dengan kefanatikan bertempurnya terus sehingga baru tersapu habis menjelang tengah malam.

Beberapa menit sebelum hari berganti menjadi 1 Mei, hari sangat penting bagi Soviet Rusia, bendera kemenangan berhasil dikibarkan di atas gedung Reichstag.

Namun karena perebutan Reichstag harus dipropagandakan ke dunia sebagai puncak kemenangan Soviet terhadap Nazi peristiwa besar itu harus ‘’diulang’’.

(Baca juga: (Foto) Operasi Plastik Tidak Seinstan yang Dibayangkan, Wanita Ini Menderita 3 Bulan Setelah Jalani Operasi)

Pagi-pagi tatkala matahari mulai menyinari Berlin, dilakukanlah pengibaran ulang bendera kemenangan di atap gedung tersebut, khusus untuk difoto.

Sebenarnya ketika pasukan SS sedang bertempur mati-matian demi membela Hitler, di bungkernya sejumlah orang menemui Hitler dan menawarkan cara untuk melarikan diri.

Tapi Hitler dengan tegas menolak permohonan agar dia meloloskan diri meninggalkan Berlin.

Sebenarnya ada cara untuk kabur dan satu-satunya jalan yang tersisa adalah lewat udara.

(Baca juga: Kisah Pilu Marina Chapman: Dibuang ke Hutan, Dirawat Kera, Lalu Dijadikan Budak Seks)

Pilot pribadi Hitler, Hans Bauer menyatakan siap menerbangkannya.

Dan bila perlu dengan pesawat pengebom jenis Junker terbaru yang mampu menempuh jarak jauh hingga Timur Tengah.

Wanita pilot Jerman yang paling ulung dan pengagum Hitler, Hanna Reitsch juga telah menyiapkan sebuah pesawat ringan jenis Fieseler Storch di dekat Gerbang Brandenburg Berlin.

Di dalam bunker Hitler, Hanna memohon Hitler terbang dengannya ke selatan.

(Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)

Namun lagi-lagi Hitler menolak. Ia malah memerintahkan Hanna menerbangkan Panglima Luftwaffe yang baru, Marsekal Robert Ritter von Greim.

Saat itu kaki Greim terluka parah akibat tembakan dari darat dalam penerbangannya ke Berlin bersama Hanna.

Kepada Greim, Hitler memerintahkan untuk menangkap Goering dan Himmler yang telah dianggap mengkhianatinya.

Tak lupa Fuehrer memberi ‘’sangu’’ (bekal) kepada Hanna dan Greim masing-masing kapsul racun sianida, siapa tahu mereka memerlukannya.

Tatkala hari mulai gelap, Hanna dan Greim menerbangkan pesawat kecilnya yang terombang-ambing di atas Berlin.

Mereka hanya melihat pusat kota memerah dilalap api serta asap kebakaran di mana-mana.

Nazi Jerman telah hancur dan Hitler yang tidak bisa menerima kehancuran ‘’Kekaisaran Reich Ketiganya’’ akhirnya memilih bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri.

(Baca juga: Pantas Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest Terlihat Memilukan, Ternyata 13 Hal Ini Yang Terjadi)