Find Us On Social Media :

Menikah Untuk mencintai, Bukan Mencintai Untuk Menikah

By Yoyok Prima Maulana, Kamis, 22 Februari 2018 | 22:00 WIB

Intisari-Online.com - Di sebuah group Facebook, Ani - sebut saja begitu - mengeluarkan uneg-uneg tentang perkawinannya. 

Ia menikah dengan seorang lelaki yang masuk kelompok anak mami. 

Segala usaha menurutnya sudah dilakukan, namun ia selalu makan hati.

"Suami sepertinya membela ibunya tanpa melihat persoalan yang sebenarnya. Meski ibunya salah, suami saya memihak dia dan justru sering menyalahkan saya," begitu salah satu keluhannya.

BACA JUGA: 

Menikah memang bukan persoalan mudah meski juga bukan sesuatu yang sulit. Ada misteri di sana, yang tidak semua pasangan bisa memecahkan misteri itu. 

Masa pacaran yang lama tak menjamin bahwa hubungan kedua insan itu akan langgeng begitu memasuki gerbang perkawinan. 

Apa yang rasanya kita yakini betul ternyata bisa salah saat pasangan masuk ke bahtera keluarga.

Hal-hal kecil yang sewaktu penjajagan atau masa pacaran kita abaikan bisa menjadi persoalan besar saat kita sudah menikah. 

BACA JUGA: 

Pertengkaran kecil yang sewaktu pacaran dengan mudah dipadamkan, menjadi pertengkaran hebat saat sudah berkeluarga.

Lalu muncul pertanyaan, "Mengapa sifat pasangan yang aku cintai berubah? Tidak sama lagi dengan sifat waktu pacaran?"

Ketika perkawinan sudah seperti buntu, seorang konsultan perkawinan memberi tiga alternatif tindakan yang bisa kita lakukan. Bertahan, bercerai, atau membuat perubahan.