Penulis
Intisari-Online.com - Dikenal sebagai hewan yang bersahabat dengan manusia, lumba-lumba memiliki beberapa keunikan.
Selain menggunakan sonar dalam berkomunikasi dan “melihat”, sebagai mamalia, mereka juga menyusui, seperti halnya manusia.
Namun, tidak seperti manusia yang tidur dengan kedua mata terpejam, lumba-lumba tidur dengan sebelah mata terbuka.
Mata dari hewan yang gemar meloncat-loncat mengikuti arah kapal laut yang melintas di dekatnya ini juga dapat dibilang istimewa karena mampu melihat dengan jelas ketika berada di dalam ataupun di atas permukaan laut.
Di dalam laut, matanya berfungsi untuk melihat mangsa berupa cumi-cumi atau ikan-ikan kecil.
Selain itu juga untuk mewaspadai kedatangan hewan yang memburunya, biasanya hiu.
Sedangkan ketika di atas permukaan laut, mata ini berfungsi untuk melihat keberadaan burung-burung yang dapat menunjukan dimana ikan buruannya berada.
Ketika melihat lumba-lumba yang sedang tidur, maka matanya akan terlihat terpejam di sisi yang satu, sementara mata di sisi lainnya akan tetap terbuka.
Setelah sekitar 8 jam, baru tugas antara mata yang melek dan terpejam kan ditukar.
Lumba-lumba sendiri tidur dalam kondisi mengapung, tujuannya agar lubang udara untuk dia bernafas dapat tetap mendapat oksigen.
Dalam kondisi mata yang terpejam sebelah ini, setengah dari otak hewan yang hidup berkelompok ini akan istirahat.
Jadi, walaupun salah satu matanya masih melek, ternyata pada saat itu lumba-lumba tengah tidur.
Baru setelah kira-kira 8 jam, setengah bagian otaknya yang lain lah yang akan tidur.
Kemampuan, membagi kinerja otak ini juga membuat lumba-lumba mampu melihat dua fokus yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.
Tujuan ‘tidur setengah-tengah’ ini adalah agar lumba-lumba dapat tetap bernafas walaupun sedang tidur.
Maklum, sebagai hewan yang bernafas dengan paru-paru, dia harus tetap menjaga pasokan oksigen, yang untuk lumba-lumba, masuk melalui lubang udara di atas kepalanya.
Selain itu, dengan perilaku tidur seperti ini, lumba-lumba dapat tetap waspada dari serangan predatornya.
Mengenai fungsi kewaspadaan ini, Sam Ridgway, seorang ahli biologi mengenai mamalia laut dari University of California, San Diego, bersama beberapa rekannya pernah menelitinya.
Dalam kondisi terbangun, lumba-lumba diberikan rangsangan berupa suara-suara.
Lumba-lumba meresponnya.
Kemudian, dalam kondisi tidur, suara-suara tadi kembali dibunyikan dan ternyata lumba-lumba tersebut masih dapat meresponnya dengan baik.
Seandainya manusia memiliki kemampuan yang sama dengan lumba-lumba, mungkin tidak akan ada maling di malam hari.