Penulis
Intisari-Onlinecom- Daerah terpencil di Vietnam Utara bukan tempat yang aman untuk para anak perempuan.
Gadis-gadis berusia sekitar 13 tahun banyak yang diculik untuk diperdagangkan ke China.
Dilansir dari BBC, Plan International (organisasi hak anak) mengungkapkan bahwa anak-anak itu dijual untuk pernikahan paksa.
Pernikahan paksa jenis ini telah berkembang pelan namun pasti selama satu dekade terakhir.
Baca Juga:Kisah Miris Seorang Suami yang Istrinya Belum Lama Meninggal, Rumahnya Malah Terkena Longsor
Hal ini dikarenakan ketidak seimbangan jenis kelamin penduduk China, dengan angka perempuan yang sedikit.
Vincent Tremeau, seorang fotografer, mengunjungi Vietnam bersama Kirsty Cameron dari Plan International untuk bertemu sebuah keluarga di sana.
Do, Seorang ibu berusia 65 tahun didiagnosis menderita penyakit parah.
Satu-satunya keinginan terakhirnya adalah dapat melihat putrinya Mi yang telah hilang selama dua tahun.
Mi sedang dalam perjalanan ke pasar di hari saat dia diculik.
Keluarganya menduga Mi telah diikuti dua orang mencurigakan saat pulang dari pasar.
Foto berbingkai Mi tergantung di dinding rumah keluarga.
Sejak Mi menghilang, tiga gadis lainnya di desa terpencil yang terletak di pegunungan itu juga ikut menghilang.
Meski dalam satu desa hanya dihuni oleh sekitar 50 orang.
Keluarga yang ditinggalkan ini menderita ambiguous loss, istilah ciptaan psikolog Pauline Boss.
Ambiguous loss digambarkan sebagai kerugian yang paling menyakitkan, karena penderitaannya tidak akan berakhir.
Mereka mengalami berbagai emosi intens yang fluktuatif: kesusahan, kebingungan, kesedihan, keputusasaan, frustrasi, ketidakberdayaan, dan pengharapan.
Plan International memastikan bahwa anak perempuan harus mengatahui bahaya perdagangan manusia dengan mengunjungi sekolah dan masyarakat di provinsi Ha Giang, Vietnam Utara.
Dengan cara itu diharapkan pemerintah akan lebih bertindak atas penculikan gadis-gadis itu.