Penulis
Intisari-Online.com -Sebuah tim ilmuwan internasional mengklaim telah mengungkap misteri di balik kematian mendadak 200 ribu antelop di Kazakhstan pada 2015 lalu.
Peristiwa kematian misterius yang berlangsung selama tiga minggu itu menyebabkan bangkai antelop saiga bertebaran di area yang luasnya mencapai Kepualau Britania.
Digolongkan sebagai mamalia yang terancam punah, fenomena tersebut sukses menghapus 80 persen populasi antelop saiga global.
Kejadian ini sendiri sudah lama bikin para ilmuwan bingung—yang ternyata penyebabnya adalah septikemia hemoragik, yang disebabkan bakteri Pasteurella multocida.
Patogen itu, bagaimanapun, pada dasarnya bersifat jinak dan tidak berbahaya. Tapi semua berubah akibat perubahan iklim setempat yang semakin menghangat.
(Baca juga:Mengejutkan! Wanita Ini Melahirkan Sepuluh Hari Setelah Kematiannya)
(Baca juga:Bukannya Jadi Sahabat, Seorang Ayah Justru Seperti Antarkan Kematian Anaknya Lewat Anjing Peliharaannya)
Selain itu, tim peneliti juga menyebut kematian miterius itu juga disebabkan oleh sejumlah faktor.
Secara khusus, peningkatan kelembaban dan kenaikan suhu udara pada hari-hari sebelum kematian disebut memicu “invasi bakteri oportunistik” dari aliran darah, menyebabkan septikemia atau keracunan, dan menyebabkan kematian.
Temuan ini sendiri sudah dipublikasikan di jurnal Science Advances.
Selain kematian 2015 itu, para ilmuwan juga mempelajari kematian massal antelop saiga tahun 1980-an dan telah mengidenfitikasi pola iklim yang jelas.
“Kemungkinan kematian mendadak meningkat saat cuaca lembab dan hangat, seperti yang terjadi pada 2015,” tulis para peneliti dalam laporannya.
Pada 1981, 70 ribu antelop saiga meninggal dalam peristiwa kematian massal. Tapi jumlah ini tidak ada apa-apanya dibanding kejadian tahun 1988, di mana 270 ribu antelop saiga meninggal.
(Baca juga:Shukatsu Festa, Festival Khusus yang Diselenggarakan Untuk Mempersiapkan Kematian di Jepang)
Mereka juga mencatat, kecenderungan kematian terjadi saat melahirkan.
Richard Kock, peneliti utama di Royal Veterinary College, mencatat bahwa kematian baru-baru ini semakin memberi kejelasan tentang kematian mamalia tersebut.