Find Us On Social Media :

Tradisi Tiwah: Pesta Mengantar Arwah ke Surga Agar Tak Tersesat

By Ade Sulaeman, Sabtu, 13 Januari 2018 | 15:45 WIB

Intisari-Online.com – Perjalanan ke surga tentu bukan hal yang patut diratapi.

Karena itu upacara tiwah di Tanah Ngaju, Kalteng, lebih mirip pesta besar-besaran.

Pesta tiwah yang mencapai puncaknya tanggal 4 dan 5 Maret 1988 mungkin merupakan salah satu yang terakhir.

Karena itu Intisari khusus mengirim salah satu wartawannya untuk membuat laporan pandangan mata.

(Baca juga: ‘Acar Kelingking’, Persembahan Anggota Yakuza untuk para 'Bapak' Sebagai Tanda Kesetiaan)

---

“Silakan bapak-bapak buktikan sendiri," seorang laki-laki menunjuk lubang di pinggir sebuah lapangan kecil. "Tak ada kurban manusia."

Puluhan yang hadir berebutan melongokkan kepala ke lubang berukuran 1,5 x 1,5 m sedalam kurang-lebih 2 m itu.

Termasuk para pejabat tnpida: Pemda, Koramil dan Polsek Kecamatan Kuala Kurun, yang sengaja diundang menghadiri pesta tiwah di Teluk Nyatu itu.

Di dasar lubang memang tak ada mayat atau kepala manusia. Yang kelihatan cuma empat butir telur dan seekor anak babi, yang kemudian ditombak sebagai tumbal.

Pernyataan ini sengaja diumumkan di hadapan para pejabat setempat untuk membantah desas-desus yang sudah terlanjur beredar luas ke segala penjuru Kalteng, yakni bahwa pesta tiwah di desa di tepi Sungai Kahayan itu memakai kurban manusia.

Lubang yang baru saja selesai digali tak lain dari lubang untuk menanam tiang-tiang penyangga sandung, bangunan kecil berbentuk rumah, tempat menyimpan tulang-belulang orang mati setelah rohnya ditiwahkan.