Penulis
Intisari-Online.com -Jika kita membuka Google hari ini, kita akan disuguhi lima ikon berbentuk persegi panjang.
Ikon pertama, ketiga, dan terakhir berwujud buku, ikon kedua dan ketiga berwujud tulisan yang bisa bolak-balik, sementara ikon ketiga adalah sebuah pigura yang di dalamnya terpasang ilustrasi foto seseorang.
Orang itu adalah … Zhou Youguan. Pertanyaannya, siapa dia? Kenapa Google sampai menjadikannya sebagai Doodle-nya?
Dideskribsikan sebagai “Bapak Pinyin”—sistem romanisasi bahasa Mandarin—dan dipuji sebagai sosok yang menyederhanakan bahasa China, Zhou genap berusia 112 tahun pada Sabtu (13/1) ini.
(Baca juga:Peringatan 40 Tahun Meninggalnya Mao Zedong dan 'Galau'-nya Perasaan Rakyat China)
(Baca juga:Saat Mao Zedong Dikalahkan oleh Kolonel Sanders si Maskot KFC di Negerinya Sendiri)
Untuk menghormatinya, Google mengubah logonya di 12 negara dengan doodle, atau ilustrasi, tentangnya serta kontribusinya terhadap bahasa China.
Lahir di Changzhou pada 1906, Zhou menunjukkan minatnya pada linguistik sejak usia 12 tahun. Sejak kecil Zhou memang sosok yang cerdas, buktinya ia lolos sekolah menengah dengan predikat yang ciamik.
Zhou Youguang sejatinya lahir dengan nama Zhou Yaoping. Youguang adalah nama pena yang artinya “membawa terang”.
Dan Zhou ingin “membawa terang” ke dunia.
Tapi upayanya membawa terang ke dunia tak semudah yang ia bayangkan. Halangan pertama datang saat masa kuliah.
Pada 1923, Zhou daftar di Universitas St. John di Shanghai. Meski begitu, ia tidak bisa menghadiri kuliah lantaran kesulitan keuangan.
Untung saja ia punya teman-teman yang baik, yang sudi membayar uang kuliahnya sehingga Zhou bisa melanjutkan studinya.
(Baca juga:Terkenal Otoriter pada Warganya, China ‘Takluk’ pada Yao Ming Soal Perdagangan Daging Gajah)
(Baca juga:Tak Perlu Jauh-jauh ke China, NTT juga Punya Gunung Pelangi yang Tersembunyi. Keindahannya Menakjubkan!)
Pada 1927 ia lulus dengan gelar sarjana ekonomi sembari mengambil kursus tambahan dalam bidang linguistik.
Pada 1933, ia menikahi Zhang Yunhe dan memutuskan pindah ke Jepang untuk melanjutkan studinya. Tapi ia kembali lagi ke China lantaran meletus perang China-Jepang Kedua.
Setelah perang usia, dengan Jepang sebagai pihak yang kalah, Zhou bekerja di bank Sin Hua dan ditempatkan di luar negeri. Pertama di New York, AS, kemudian di London, Inggris.
Setelah berdirinya negara China Komunis, ia kembali ke China. Ia begitu bersemangat untuk turut andil dalam sebuah negara yang sedang berkembang.
“Kami semua berpikir China punya kesempatan yang sangat baik untuk berkembang, kami tidak ingin kekacauan di masa depan. Sejarah telah menyesatkan kami,” ujarnya kepada The Guardian.
Di China, ia mengajar ekonomi di Universitas Fudan di Shanghai. Meski begitu, itu tak menjadikannya sebagai seorang ekonom.
Takdirnya ternyata ada di bidang linguistik.
Pada 1955, pemerintah China menempatkan Zhou sebagai kepala komite untuk mereformasi bahasa China.
Ia dipanggil Zhou Enlai, seseorang yang pernah ia temui di banknya yang ternyata orang nomor dua di China.
Tapi ia tak langsung menerima pinangan itu. Baginya saat itu, linguistik hanyalah hobi. Tapi itu adalah instruksi, dan tak ada siapa pun yang bisa menolak instruksi itu.
Zhou kemudian dipindah ke Beijing, di sana ia memulai usahanya selama tiga tahun, mengembangkan penemuan Pinyin.
Harus dicatat, Pinyin hanya panduan pengucapan, dan bukan sistem penulisan pengganti.
(Baca juga:Obsesi Ramuan Kehidupan Abadi Kaisar Legendaris China Terungkap Lewat Tulisan Berusia 2.000 Tahun)
(Baca juga:Inilah DF-17, Rudal Balistik Berkecepatan Hipersonik Milik China yang Bisa Mencapai Daratan AS)
Meski awalnya menolak, tapi menjadi seorang pakar linguistik benar-benar menyelamatkan Zhou. Bagaimanapun juga, Mao Zedong sangat tidak menyukai ekonom—terutama para profesor ekonomi dari Amerika.
“Saat itu, saya telah beralih ke bahasa dan tulisan … Jika saya masih mengajar ekonomi, saya pikir saya sudah dipenjara selama 20 tahun.”
Tapi, semuanya berbalik pada 1969. Zhou dituduh sebagai seorang akademisi reaksioner. Ia pun dikirim ke sebuah kamp kerja paksa, dan menghabiskan lebih dari dua tahun di sana.
Begitu ia dibebaskan, ia kembali ke rumah dan terus menulis tentang bahasa.
Pada 1980-an, Zhou membantu mengawasi penerjemahan Encyclopedia Britannica ke bahasaMandarin. Ia pun mendapat julukan “Ensiklopei Zhou”.
Zhou terus menulis, hingga menghasilkan sekitar 40an buku. Banyak di antara buku-buku itu dilarang karena dianggap terlalu kritis terhadap pemerintah.
Dari buku-buku yang ia tulis, 10 di antaranya diterbitkan setelah ia berusia lebih dari 100 tahun.
Soal Mao, ia punya komentar tersendiri.
“Sejujurnya, saya tidak punya sesuatu yang baik untuk dikatakan tentangnya.”
(Baca juga:Tak Perlu Pakai Kartu, di China KTP Bisa Ditunjukkan Lewat Smartphone. Amankah?)