Penulis
Intisari-Online.com - Terbongkarnya kasus pedofilia di Tangerang, Banten, yang dilakukan oleh WS akhirnya mengungkapkan data yang memilukan.
Melalui posko pengaduan yang sengaja dibuat oleh Polresta Tangerang, diketahui sudah ada 41 orang anak yang mengaku menjadi korban pedofilia WS di Kecamatan Gunung Kaler dan Rejeg (Sabtu (6/1/2018).
Kabar ini tentunya menjadi peringatan bagipara orangtua untuk selaluwaspada dan selalu menjaga anak-anaknya agar terhindar dari jala penebar virus pedofilia.
Yang kemudian menjadi persoalan adalah bagaimana mencirikan jika si anak pernah menjadi korban pedofilia?
(Baca juga: Saudara Kandungmu Adalah Orang Penting Dalam Hidupmu, Jangan Pernah Lupakan Itu)
1. Terjadi perubahan perilaku seksual
Semakin hal ini terlihat pada anak-anak, semakin tinggi kemungkinan hal itu berkaitan dengan penganiayaan seksual.
“Salah satunya keinginan mendadak untuk menyentuh tubuh mereka, menyentuh tubuh anak-anak lain atau bahkan orang dewasa, ingin orangtuanya menyentuh mereka,” ungkap Karel R. Amaranth, direktur pelaksana J.E. and Z.B. Butler Child Advocacy Center di The Children's Hospital at Montefiore Medical Center, New York.
Hal ini sering kali dilakukan sebagai dorongan untuk menormalisasikan perilaku yang mereka alami dengan si penganiaya.
Kadang-kadang hal ini juga merupakan tanda ketika anak dipertontonkan pada pornografi.
2. Terjadi perubahan rasa takut secara tiba-tiba
Termasuk takut berada di sekitar orang tertentu, atau takut menghadiri aktivitas yang biasanya mereka sukai.
Yang juga perlu diingat, bahwa anak sering kali sangat melindungi si penganiaya.
(Baca juga: (Video) Memuakkan, Perawat Ini Permainkan Wajah Bayi yang Baru Lahir, Instan Karma pun Terjadi)
Sehingga, kadang-kadang anak akan mencoba menyembunyikan identitas mereka, khususnya jika kita bertanya mengenai hal itu.
3. Perubahan mendadak pada kepribadiannya
Misalnya, dari yang biasanya sangat tenang menjadi sangat agresif. Dari yang biasanya terbuka menjadi sangat pendiam dan menarik diri.
4. Kerap mengekspresikan kemarahan dan agresi pada anak yang lain
Pada anak-anak yang masih kecil, hal ini terlihat ketika ia sedang bermain dengan mainannya, atau teman mainnya, dan kadang-kadang membuat mereka menjadi korbanbully.
Pada anak-anak yang lebih besar, kemarahan dapat diwujudkan dengan menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau alkohol.
(Polda Metro Jaya Berhasil Bongkar Jaringan Pedofil di Facebook yang Anggotanya Mencapai 7 Ribuan)
5. Kebiasaan tidur yang berubah
Seperti tidur lebih lama daripada biasanya, atau kesulitan tidur.
"Anak-anak mungkin juga jadi terobsesi dengan kerahasiaan atau privasi, contohnya mengunci pintu kamar tidurnya,” kata Donna Fielder, PhD, assistant professor dan pekerja sosial di LaSalle University, Pennsylvania.
6. Terobesi dengan api
“Ada koneksi antara ketertarikan dengan api dan penganiayaan, kemungkinan berkaitan dengan anak yang diseksualisasikan secara berlebihan akibat penganiayaan,” ujar Donna.
Pada anak-anak yang masih kecil, ketertarikan pada api diwujudkan dengan gambar-gambar api, atau gambar-gambar yang menggunakan banyak warna merah.
7. Menggambar hal-hal aneh
Gambar anak-anak terkadang banyak menunjukkan tanda-tanda penganiayaan dan depresi yang menjadi akibatnya, jika gambar-gambar itu menunjukkan mereka yang seolah tak berarti dengan kehadiran orang-orang yang berkuasa.
8. Terjadi perubahan dalam kebiasaan makan
Seperti makan berlebihan atau malah berkurang.
Remaja perempuan yang mengalami penganiayaan seksual berulang-ulang bisa menjadi anoreksia, atau menjadi gemuk, karena berharap mereka menjadi tidak menarik bagi penganiayanya.
9. Ada bukti fisik kekerasan seksual
Cari tahu apakah ada tanda-tanda fisik dari penganiayaan seksual, seperti penis yang tidak biasa, atau ada cairan vagina, rasa nyeri di area kelamin, memar di tubuh, atau luka yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, tanda-tanda pada tubuh, selalu ingin buang air kecil, atau justru sulit berkemih.
Lebih dari itu, perubahan signifikan apa pun dalam perilaku akan tampak tidak normal.
Misalnya perubahan kepribadian, perilaku, kebiasaan, apa yang disuka dan tidak disuka, dan khususnya perubahan sikap terhadap sesuatu yang biasanya disukai anak, misalnya olahraga, menari, atau apa pun. (Moh Habib Asyhad)
(Baca juga: Tak Bisa Diam dan Gemar Lompat-lompat, Itu Pertanda Anak Anda Punya Kecerdasan Kinestetik Tinggi)