Penulis
Intisari-Online.com - Omar Dhani masuk dalam kancah Operasi Trikora dalam upaya pembebasan Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda (1960-1963) saat dirinya menjadi KASAU menggantikan Laksamana Suryadharma.
Naiknya Laksamana Madya Udara Omar Dhani yang dikenal sangat loyal kepada Soekarno pada saat itu sangat kental dengan intrik politik sekaligus menimbulkan keguncangan di tubuh AURI.
Pasalnya di bawah kepemimpinan Suryadharma, Angkatan Udara dianggap gagal melindungi kapal-kapal Angkatan Laut.
Dalam konfrontasi antara pihak AL Indonesia dengan AL Belanda di Perairan Aru, Pihak AU disalahkan karena dianggap tidak memberi perlindungan pada iring-iringan kapal yang hendak melakukan infiltrasi ke Irian Barat.
(Baca juga: Kisah Pilu Marina Chapman: Dibuang ke Hutan, Dirawat Kera, Lalu Dijadikan Budak Seks)
Akibatnya terjadi pertempuran yang tidak seimbang dan puncaknya adalah tragedi Aru yang menewaskan Komodor Yos Sudarso pada 15 Januari 1962.
Atas desaakan sejumlah perwira dari angkatan lain dan tanggung jawab pribadi, Suryadharma kemudian memilih mengundurkan diri.
Kontroversi penyebab gugurnya Yos Sudarso sendiri tetap menimbulkan polemik hingga saat ini.
Pasalnya AURI yang saat itu tidak dilibatkan dalam operasi rahasia tersebut merasa dikambinghitamkan.
Omar Dhani yang bersifat lembut diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi KSAU dan meneruskan kiprah AU mendukung Operasi Trikora.
Karena sifatnya yang pendiam tersebut ditambah usianya yang masih relatif muda saat menjadi puncak pimpinan AU, banyak kontroversi seputar dirinya.
Kontroversi itu makin menjadi rumor yang berkepanjangan karena terus disulut kasus tenggelamnya KRI Matjan Tutul (650) yang tidak berkesudahan.
Di satu sisi satuan lain terus memojokkan AURI karena terlambat memberikan perlindungan udara terhadap konvoi Matjan Tutul.
(Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)
Sebaliknya, Omar Dhani terus berusaha menyadarkan adanya ketidakberesan koordinasi ketika operasi rahasia yang melibatkan empat kapal perang ALRI itu digelar.
Yang unik, Omar Dhani tetap loyal kepada Soekarno meskipun presiden ini pernah menyalahkan AURI (Suryadarma) terkait dengan tragedi tenggelamnya Matjan Tutul.
Maka tak mengherankan jika oleh para pendukungnya, ia disebut sebagai loyalis sejati terhadap Bung Karno .
Ia selalu mendukung sikap-sikap si Bung Besar bahkan hingga saat-saat kejatuhannya.
Di sisi lain, Omar Dhani dianggap sebagai penjilat, terutama oleh perwira-perwira dari angkatan lain.
Sedikit banyak hal itu dipicu oleh keberanian Omar Dhani mempertanyakan hal ihwal terjadinya tragedi di Laut Aru itu.
Omar Dhani menegaskan, pesawat-pesawat AURI sebenarnya bisa melaksanakan air cover dan melindungi konvoi Matjan Tutul jika ada koordinasi yang baik sebelum operasi infiltrasi rahasia itu digelar.
Omar Dhani atau biasa dipanggil Daned, justru mempertanyakan koordinasi di antara pasukan RI yang tidak jalan dan operasi yang dipaksakan secara sepihak.
Kepada Bung Karno, ia mensinyalir adanya pengkhianatan sehingga rencana itu bocor ke pihak Belanda.
Tapi karena fokus militer Indonesia pada saat itu sedang berupaya secepatnya mengembalikan Irian Barat ke pangkuan RI, intrik mengenai siapa yang salah dan benar dalam tragedi Laut Aru untuk sementara terlupakan.
Omar Dhani melanjutkan misi Suryadharma untuk mengembangkan AURI.
Berkat dukungan Soekarno yang juga menginginkan kekuatan udara yang besar, Omar Dhani seolah menemukan jalan bebas hambatan.
Pesawat dan persenjataan baru bagi AURI terus didatangkan. Bahkan di masa kepemimpinan Omar Dhani inilah AURI menjadi angkatan udara yang disegani di belahan bumi selatan (Asia Tenggara).
Terkait dengan konfrontasi Irian Barat ini, AURI membeli berbagai pesawat tempur yang tercanggih pada masa itu, dari negara-negara Blok Timur.
Omar Dhani juga menyiapkan personel dan pasukan serta sarana dan prasarana pendukung untuk angkatan udara.
Untuk menjamin bahwa pasukannya dalam kondisi siap tempur, Omar Dhani tidak segan-segan berkunjung ke garis depan pertempuran khususnya di pangkalan udara AURI yang berada di kawasan Indonesia Timur.
Tak salah jika ketika pesawat pengintai U-2 milik AS melaporkan pada Presiden John F. Kennedy, sang presiden langsung menyimpulkan Indonesia ternyata sudah sangat siap untuk konfrontasi ini.
AS menyarankan pada Belanda untuk mengakhiri konflik dengan jalan damai saja.
Dan akhirnya Irian Barat memang diserahkan pada Indonesia setelah dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera).
Karena AURI dianggap berhasil dalam Operasi Mandala tersebut, Omar Dhani diangkat menjadi Panglima dalam Operasi Dwikora yang diproklamasikan Bung Karno di tahun 1964.
Dalam struktur pinpinan Operasi Dwikora tersebut, Omar Dhani justru membawahi Mayor Jenderal Soeharto yang menjadi Panglima Tertinggi dalam Operasi Mandala.
Akibatnya friksi antara AU dan AD lebih khusus Omar Dhani dengan Soeharto semakin tajam.
Friksi ini mewarnai perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya.
Sejarah akhirnya mencatat Omar Dhani jatuh akibat loyalitas totalnya terhadap Soekarno meskipun alasannya sangat benar, tentaralah yang bertanggung jawab atas keselamatan presiden.
Tapi karena presiden sedang terkait masalah yang sangat sensitif saat itu,yakni G-30-S-PKI, di masa pemerintahan Soeharto, Omar Dhani yang secara ksatria rela menanggung kesalahan yang ditimpakan AURI.
Ia harus menjalani kehidupan di penjara selama puluhan tahun.
Mantan KASAU yang pernah mendapat Bintang Sakti itu wafat setelah 14 tahun menghirup udara bebas (24 Juli 2009).
Karena sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) mencabut semua pangkat dan bintang jasa Omar Dhani, ia dimakamkan di pemakaman umum secara sipil.
Satu ucapan Omar Dhani yang patut diteladani adalah,”Saya bertanggung jawab atas segala tindakan anak buah saya selama menjadi Panglima AURI”.
(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)