Penulis
Intisari-Online.com - Seorang ahli bedah memakai celemek berlumuran darah, jarang mencuci tangan dan peralatannya, bau daging membusuk disebut sebagai 'bau khas rumah sakit tua', tulis Lindsey Fitzharris, penulis The Butchering Art: Joseph Lister’s Quest to Transform the Grisly World of Victorian Medicine.
Pada saat itu, komunitas medis tidak mengetahui adanya kuman dan tidak tahu bagaimana penyakit menular ditularkan.
Akibatnya, kebersihan bukanlah faktor pembedahan.
Ahli bedah dianggap sebagai pekerja dengan status rendah karena hal itu.
Tidak ada seorang pun di ruang operasi yang mengenakan sarung tangan dan hal biasa melihat mahasiswa kedokteran terdapat irisan daging, usus, atau otak yang menempel pada pakaiannya.
BACA JUGA:Tahun 2017 TNI Makin Bertaring, Duduk di Peringkat ke-14 Militer Terkuat di Dunia
Pada tahun 1852, Joseph Lister adalah ahli bedah di London University College Hospital.
Saat menghadapi wabah gangren, yang biasa terjadi di rumah sakit, dia menyadari bahwa ketika dia membersihkan borok pasiennya, mereka memiliki resiko terkena penyakit yang jauh lebih tinggi.
Ia ingin menghilangkan infeksi rumah sakit.
Lister berkeliling ke seluruh Eropa untuk melihat bagaimana rumah sakit lain menangani masalah ini.
BACA JUGA:Perhatikan! Frekuensi Kencing Anda dalam Sehari Tunjukkan Masalah Kesehatan yang Serius
Ia melakukan penelitian sendiri dan terobosannya datang saat ia belajar tentang karya Louis Pasteur tentang bagaimana kuman mempengaruhi tubuh manusia.
Awalnya, dia memusatkan perhatian pada pandangan Pasteur tentang letak bahaya itu ada di udara di sekitar pasien.
Lister mengambil alih gagasan Pasteur bahwa itu bukan udara seperti itu tapi penyusunnya tentang kehidupan mikroba yang menjadi sumber infeksi di rumah sakit.
Lister mencari cara untuk menghancurkan mikroorganisme di dalam luka itu sebelum infeksi masuk.
Ahli bedah telah menggunakan antiseptik untuk mengobati luka, namun hanya setelah infeksi sudah ada.
Lister mencobanya dengan menggunakan beberapa ramuan populer di kalangan ahli bedah saat itu, seperti kalium permanganat, namun tidak banyak keberhasilannya.
Jawaban datang ketika dia melihat insinyur di sebuah limbah di Carlisle menggunakan asam karbol (turunan tar batubara) untuk melawan bau sampah yang membusuk.
Dia mendapatkan persediaan material yang besar dan berhasil melakukan tes pertamanya pada bulan Agustus 1865.
BACA JUGA:Dituduh Selundupkan Data Pembuatan Bom Atom ke Uni Soviet, Pasangan Yahudi Ini Berakhir Tragis
Saat itu salah satu kaki James Greenlees (11) hancur karena gerobak beroda logam sampai tulangnya menempel di kulit.
Dia dilarikan ke tempat operasi dan lukanya sudah terisi kotoran karena perjalanan melintasi kota ke rumah sakit.
Lister segera membersihkan luka anak itu dengan antiseptik asam karbol dan mengganti perbannya setiap beberapa jam dalam beberapa hari.
Enam minggu kemudian, Greenlees keluar dari rumah sakit, kakinya sepenuhnya diperbaiki dan tanpa infeksi.
BACA JUGA:Jiwa Malaikat si Manusia Burung yang Beri Makan 3.000 Burung Selama 17 Tahun dari Kantong Sendiri
Lister mencoba metode yang sama pada banyak pasien dan tidak ada yang terkena infeksi yang berarti larutan asam karbolnya bekerja.
Pada awalnya, penyembuhan Lister disambut dengan perlawanan yang tajam dari komunitas medis.
Tapi Lister terus menyempurnakan metodenya dan pada tahun 1871, antiseptiknya telah diterima sampai dia dipanggil oleh Ratu Victoria untuk mengangkat tumor dari lengannya.
Metodenya menyebar ke seluruh Eropa sepanjang tahun 1870-an.
Lister meninggal pada bulan Februari 1912 pada usia 84 tahun, namun dampaknya hingga hari ini tetap penting seperti sebelumnya.
BACA JUGA:Hi... 5 Bagian Tubuh Tokoh Dunia Ini Ternyata Dijual untuk Umum, Mulai dari Otak Hingga Organ Intim