Penulis
Intisari-Online.com- Baru-baru ini para teknisi bereksperimen dengan pemrograman yang meniru cara kerja otak serangga.
Mewujud dalam bentuk robot kecil membuat orang bertanya-tanya apakah benar ini serangga sungguhan.
Dilansir pada Sciencedaily.com, Harvard Microrobotics Lab memroduksi RoboBees dengan lebar sayap 3 sentimeter dan berat 80 miligram.
Tidak hanya bentuknya yang menyerupai serangga, teknisi Cornell juga mengembangkan program untuk membuat mereka lebih otonom dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks.
Baca Juga:Inilah Gustave, si 'Monster' Buaya Raksasa Pembunuh 300 Manusia di Burundi
Tujuan program ini agar robot dapat merasakan embusan angin dengan logam penyelidik yang tertanam di sayapnya seperti rambut kecil.
Kemudian ia akan menyesuaikan penerbangan dan memilih jalur yang tepat saat mencoba mendarat.
Silvia Ferrari, direktur Laboratory for Intelligent Systems and Controls melihat chip komputer neuromorfis ini sebagai cara untuk merampingkan bentuk robot.
Baca Juga:'Threads', Fitur Baru Twitter Supaya Kita Gampang Bikin 'Kultwit'. Ini Cara Gunakannya!
Hal ini dikarenakan chip membutuhkan daya yang jauh lebih kecil daripada prosesor tradisional.
Tidak seperti chip tradisional yang memproses kombinasi 0s dan 1s sebagai kode biner, chip neuromorphic memproses lonjakan arus listrik yang berkobar dalam kombinasi kompleks, mirip dengan bagaimana neuron menyala di dalam otak.
Laboratorium Ferrari sedang mengembangkan kelas baru dari algoritma penginderaan dan pengendalian berbasis event yang meniru aktivitas syaraf dan dapat diimplementasikan pada chip neuromorfik.
Laboratorium Ferrari telah bekerja sama dengan Laboratorium Harvard Microrobotics, yang telah mengembangkan RoboBee seberat 80 miligram yang dilengkapi dengan sejumlah penglihatan, aliran optik dan sensor gerak.
Sementara robot ini hidup bergantung dengan sumber listrik, para peneliti Harvard sedang memikirkan sumber daya baru lainnya.
Baca Juga:Sejumlah Pria Resah Karena Organ Intimnya Melengkung, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Algoritma Cornell akan membantu membuat RoboBee lebih otonom dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks tanpa meningkatkan beratnya secara signifikan.
"Terkena angin kencang atau pintu berayun akan menyebabkan robot kecil ini kehilangan kendali. Kami mengembangkan sensor dan algoritma untuk memungkinkan RoboBee menghindari kecelakaan, atau jika menabrak, ia dapat bertahan dan tetap terbang," kata Ferrari.
Untuk mempercepat pengembangan algoritma ini, simulator virtual diciptakan oleh Taylor Clawson, seorang mahasiswa doktoral di lab Ferrari.
Simulator berbasis fisika memodelkan RoboBee dan kekuatan aerodinamika sesaat yang dihadapinya pada setiap kepakan sayap.
Akibatnya, model tersebut dapat memprediksi secara akurat gerakan RoboBee selama penerbangan melalui lingkungan yang kompleks.