Penulis
Intisari-Online.com -Menurut penelitian tahun 1986 oleh Burke Peerage, salah satu penerbit silsilah top dunia, Ratu Elizabeth adalah keturunan Nabi Muhammad SAW.
Lebih spesifik, ratu Inggris tersebut merupakan cicit perempuan ke-43 Nabi.
Sebagai informasi, Burke Peerage telah memberikan catatan silsilah sejarah keluarga selama lebih dari 190 tahun.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
(Baca juga:Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
Ratu Elizabeth, seperti diklaim oleh beberapa sejarawan, adalah keturunan seorang Raja Muslim yang juga keturunan langsung Muhammad.
Meskipun sulit dan sedikit membingungkan untuk dicerna bagi orang awam, secara genealogis sangatlah masuk akal.
Berdasarkan panduan genealogis kerajaan karya Burke Peerage, seperti yang dilaporkan United Press International pada 10 Oktober 1986 bertajuk “Moslems in Buckingham Palace”, garis keluarga Ratu Elizabeth II berasal dari Abu Al-Qasim Muhammad ibn Abbad, yang merupakan keturunan Nabi Muhammad dari putrinya, Fatimah.
Al-Qasim sendiri merupakan penguasa Sevila, sebuah wilayah muslim di Spanyol. Ia memerintah wilayah tersebut hingga kematiannya pada 1042.
Al-Qasim awalnya merupakan seorang hakim yang ditunjuk oleh Khalifah Cordoba.
Tapi ia merebut kekuasaan dan membentuk dinasti sendiri bernama Dinasti Abbadiyah.
Pada 1091, Dinasti Murabithun dari Maroko (orang-orang Barat menyebutnya Almoravid) merebut Abbadiyah yang saat itu dipimpin oleh Muhammad Al-Mu’tamid, cucu Al-Qasim.
Al-Qasim sendiri punya seorang putri bernama Zaida.
(Baca juga:Koin Romawi Kuno Seberat 600 Kg Ditemukan di Andalusia Jadi Bukti Invasi Romawi ke Spanyol)
(Baca juga:Misteri Kematian Rasputin, Penasihat Spiritual Dinasti Terakhir Kekaisaran Rusia yang Kebal Sianida)
Ia melarikan diri dan berlindung di Istana Raja Alfonso VI dari Leon ketika Abbadiyah diserang Murabithun.
Beberapa tahun kemudian, Zaida masuk Katolik Roma dan mengubah namanya menjadi Isabella.
Ia juga menikah dengan Raja Alfonso VI.
Keduanya memiliki tiga anak dan punya lebih banyak keturunan.
Dua abad kemudian, persisnya di tahun 1352, keturunan Zaida dan Raja Alfonso, Maria de Padilla, memiliki anak-anak dari Raja Peter dari Castille.
Dua di antara anak-anak tersebut menikah dengan putra Raja Edward III dari Inggris.
Dan setelah beberapa generasi, lahirlah Ratu Elizabeth yang kita kenal saat ini.
Beberapa media menyebutBrooks-Baker sebagai pembual
Lepas dari semua klaim yang disampaikan oleh Burke Peerage, kita tetap harus mengritisi klaim berikut lembaga yang menerbitkan laporan lembaga ini.
Sekadar informasi, Burke Peerage adalah penerbit buku yang mencatat genealogi keturunan bangsawan Kerajaan Inggris dan Irlandia sejak 1826 yang didirikan oleh John Burke.
Sejak 1839, penerbitan ini dipegang oleh Bernard Burk, putra.
Dan di bawah kepemimpinannya inilah Burke Peerage mulai kehilangan kredibilitasnya di bidang genealogi bangsawan.
Saat itu, Bernard Burke telah mewariskan sejumlah data substansial yang cacat dan keliru ke para suksesornya.
Data tersebut meliputi anekdot abad pertengahan yang ditampilkan sebagai fakta dan berbagai catatan editorial yang meragukan.
Majalah Baronage menulis, di kalangan sejarawan, buku-buku terbitan Burke Peerage memiliki reputasi sebatas kumpulan dongeng yang bertahan selama bertahun-tahun.
Sejak saat itu, cucu John Burke, Sir Henry Burke terus mencoba membangun kembali kredibilitas institusi tersebut.
Usaha ini berlangsung sampai edisi terakhir mereka, edisi nomor 105 yang terbit di 1970.
Sejak saat itu, Burke Peerage menyatakan bubar dan menjual nama serta hak cipta Burke Peerage ke sejumlah perusahaan.
Namun tetap saja, upaya Henry dan pemegang hak cipta selanjutnya untuk memperbaiki kredibilitas institusi mereka itu masih jauh dari kata rampung.
Sejak 1984, Burke Peerage berada di bawah kepemimpinan Harold B. Brooks-Baker. Alih-alih membaik, nama Burke Peerage justru semakin tenggelam.
Tapi bukannya memperbaiki, Burke Peerage justru berkali-kali terbukti salah dan semakin menahbiskan dirinya sebagai perusahaan yang tidak kredibel.
Selain it, Harold B. Brooks-Baker, sosok yang mengklaim jika Ratu Elizabeth adalah Nabi Muhammad, adalah seorang jurnalis yang kerap mengeluarkan komentar-komentar kontroversial.
Sialnya, seperti dalam paragraf pembuka yang ditulis The Telegraph dalam obituarinya, komentarnya sering kali salah.
Lebih dari itu, ia juga disebut sebagai pembual.
The Telegraph menulis, Brooks-Baker menulis seperti it semata-mata untuk membuat si ratu merasa aman dari ketakutannya terhadap teroris muslim.
Sementara The Guardian menyebut Brooks-Barker sebagai orang yang terlampau sok tahu dan tidak tahu malu.