Find Us On Social Media :

Paul Hausser, Panglima Perang Nazi yang Berani Melawan Hitler dan Kehilangan Satu Mata saat Bertempur

By Ade Sulaeman, Selasa, 21 November 2017 | 08:30 WIB

Intisari-Online.com - Dilahirkan di Brandenburg 7 Oktober 1880, Paul Hausser mengikuti jejak kemiliteran ayahnya, dengan masuk sekolah kadet Prusia.

Setelah diterima dalam AD, ia memperoleh pendidikan lanjutan infanteri dan masuk sekolah staf (Kriegsakademie).

Selama PD I ia aktif baik di Front Barat maupun Timur.

Seusai perang, Hausser tetap menjadi perwira di Reichswehr dan menjadi Kastaf Wehrkreis atau Wilayah Militer II.

(Baca juga: Sempat Ditolak jadi Pilot, Otto Skorzeny Malah Sukses Jadi Ahli Sabotase Nazi yang Bikin Pusing Sekutu)

Tahun 1932 ia mengundurkan diri dengan pangkat Letjen, lalu bergabung dengan Stahlhelm, kelompok sayap kanan dari para eks-tentara.

Ketika grup ini digabungkan dengan milisi bentukan Partai Nazi, yaitu SA (Sturmabteilung), maka Hausser pun otomatis menjadi anggota partai tersebut.

Sewaktu SS dibentuk, ia menjadi perwira staff pada satuan tugas khusus SS atau Verfugungstruppen.

Hausser berhasil membangun SS lewat kombinasi peralihan kemiliteran Reichswehr dengan ideologi SS.

Hal inilah yang mendasari pengembangan Waffen-SS. Dalam PD II, ia memimpin Divisi SS Das Reich yang ditempatkan dalam Korps Panser Jenderal Heinz Guderian.

Hausser memperoleh pujian tinggi dari Guderian, sesuatu yang langka dilakukan oleh perwira Wehrmacht terhadap jenderal SS.

Dalam pertempuran di Front Timur ini, ia kehilangan satu matanya.