Penulis
Intisari-Online.com - Ketika pada tahun 1991 negara Bosnia Herzegovina mendeklarasikan diri sebagai negara baru maka segera muncul berbagai masalah politik dan etnis yang kemudian memicu perang saudara.
Warga etnis Serbia yang tinggal di Bosnia dan merupakan penduduk mayoritas tidak menerima deklarasi kemerdekaan itu serta berniat mendirikan negara sendiri.
Karena warga etnis Serbia ingin menguasai seluruh Bosnia Herzegovina mereka lalu meminta dukungan dari militer Republik Serbia yang kemudian mendatangkan bala bantuan.
Dua kekuatan militer di Bosnia, warga non etnis Serbia dan warga etnis Serbia pun saling berhadapan.
(Baca juga: Sniper Ayu Rusia Berjuluk 'Putri Salju' Itu Telah Meninggal Dunia di Ujung Bedil Sniper Lainnya)
Perang saudara antara etnis yang berbeda pun berkecamuk di Bosnia dan korban warga sipil non etnis Serbia terus berjatuhan.
Dengan dukungan militer Serbia yang kuat, etnis Serbia Bosnia bahkan berhasil mendirikan Republik Srpska dan terus berambisi untuk menguasai seluruh Bosnia serta mengusir serta membantai warga non etnis Serbia.
Pasukan Serbia Bosnia (Bosnia Serbia Army/BSA) yang mendapat dukungan militer Serbia menjadi demikian kuat dan secara politis serta militer telah berhasil menguasai ibukota Bosnia, Sarajevo.
Selain menguasai Bosnia secara politik dan militer, BSA juga sering melancarkan teror berupa pembantaian etnis serta tembakan dari para sniper.
Soal pembantaian etnis di Bosnia ini menjadi masalah yang paling serius karena kembali membangkitkan trauma idiologi Nazi Jerman di benua Eropa.
Untuk mengatasi masalah perang saudara yang makin berlarut-larut itu pasukan NATO dan PBB pun diturunkan.
Tapi kehadiran pasukan perdamaian itu sudah terlambat karena Bosnia, khsususnya Sarajevo telah menjadi ajang pembantaian para sniper Bosnia Serbia dan terkenal dengan sebutan Sniper Alley.
Tujuan sniper Serbia Bosnia yang bersembunyi di bukit-bukit dan bangunan yang mengelilingi kota Sarajevo adalah menteror warga Bosnia non Serbia sehingga sasarannya bukan merupakan target terpilih.
(Baca juga:Stephen Paddock Benar-benar Persiapkan Serangan di Las Vegas Layaknya Seorang ‘Sniper’ Berani Mati)
(Baca juga:Soal Jumlah Korban, Sniper AS Ini Bunuh Lebih Banyak ‘Korban’ Dibanding Stephen Paddock di Las Vegas)
Warga Bosnia non etnis Serbia, baik perempuan maupun anak-anak menjadi sasaran empuk para penembak jitu BSA di seantero Sarajevo dan korban tewas pun berjatuhan setiap harinya.
Militer Bosnia yang rutin berpatroli sebenarnya merupakan sasaran utama sniper BSA tapi karena targetnya untuk menciptakan teror sasaran tembak penduduk sipil ternyata lebih digemari oleh para sniper BSA.
Dalam aksinya untuk menembak sasaran sniper BSA biasanya menggunakan senapan Dragunov atau AK-47.
Kendati pasukan PBB dan NATO rutin berpatroli, sniper BSA tak mempedulikan mereka dan menjadikan pasukan penjaga perdamaian itu sebagai sasaran tembak.
Selain menggunakan senapan sniper karena tujuannya menciptakan teror, sniper BSA juga kerap menembakkan senapan penangkis serangan udara dan senapan mesin untuk menhantam kerumunan penduduk yang tidak bersenjata.
Pada saat tertentu pasukan BSA bahkan menembakkan peluru meriam artileri dan mortir untuk menghantam sasaran khsususnya kerumunan penduduk.
Modus operandi sniper BSA adalah menembak sasaran utama menggunakan Dragunov dan ketika tim penolong tiba di tempat menggunakan ambulan mereka akan menembakkan AK 47, mortir atau meriam artileri.
Perilaku sniper BSA yang sangat ngawur dalam melancarkan terornya itulah yang membuat pasukan PBB dan NATO makin murka sehingga tim counter sniper pun diturunkan dalam jumlah besar khususnya di Sarajevo.
(Baca juga: Joanna Palani, Sniper Cantik yang Jadi Most Wanted-nya ISIS)
(Baca juga: Sniper Ini Merayap Sejauh 2,5 Km Selama 4 Hari Demi Menembak Seorang Jenderal Vietcong)
Salah satu tim counter sniper yang diturunkan di Sarajevo adalah pasukan elit Legiun Asing Perancis dari 2nd Foreign Parachute Regiment.
Resimen elit Perancis bukan hanya mendatangkan satu dua sniper tetapi menurunkan satu kompi yang sudah terlatih, 2nd Company 2e RP yang telah terlatih bertempur di medan bergunung dan medan ekstrim lainnya.
Senjata andalan para sniper 2nd Company adalah Mc Millan Tac 50 kaliber 12.7 mm. Kehadiran sniper Perancis segera menunjukkan hasilnya ketika pada bulan Januari 1996, seorang wanita Bosnia ditembak sniper BSA di Sarajevo.
Pasukan elit 2nd Company yang berada di lokasi langsung bereaksi. Satu personel sniper BSA berhasil dilumpuhkan dan satu sniper lainnya berhasil ditangkap.
Kehadiran pasukan perdamaian akhirnya berhasil memulihkan masalah keamanan di Bosnia kendati sudah terlanjur jatuh korban ratusan ribu jiwa dan ajang pesta bagi para sniper maniak Serbia.