Find Us On Social Media :

Meski Marah dan Jengkel, Bung Karno Akhirnya Memang Harus Mengalah kepada Soeharto

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 1 Oktober 2017 | 10:00 WIB

Intisari-Online.com -- Pada 1 Oktober 1965, ketika di Jakarta sedang dalam kondisi mencekam terkait aksi G30S, sekitar pukul 09.00 WIB, para pengawal membawa Bung Karno ke Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur.

Para pengawal itu terdiri atas sejumlah personel Cakrabirawa berpakaian preman di bawah pimpinan Kolonel Malwi Saelan dan sejumlah polisi anggota Datasemen Kawal Pribadi (DKP) di bawah pimpinan Kompol Mangil.

(Baca juga: Meski Suka Bertindak di Luar Komando, Soeharto Sesungguhnya Jenderal yang Sangat Dipercaya Bung Karno)

Tujuan pergi ke Lanud Halim, selain demi keselamatan Bung Karno, juga merupakan prosedur penyelamatan standar karena dari Lanud Halim Bung Karno bisa terbang ke mana saja menggunakan pesawat kepresidenan Jet Star.

Bung Karno tiba di  gedung markas Komando Operasi (Koops) tidak sendirian, ada Jaksa Agung Muda Sunario, Brigadir Polisi EW Lasut Zulkifli Ibrahim, dan para staf lainnya.

Di dalam gedung Koops, Bung karno kemudian ditemui oleh KASAU Marsekal Oemar Dhani dan Komodor Leo Watimena.

Tujuan utama Bung Karno sebenarnya ingin mengetahui kejadian apa yang sedang berlangsung di Jakarta pada 1 Oktober 1965 dan melakukan koordinasi.

Tapi dari sejumlah penjelasan yang diberikan Oemar Dani dan sejumlah komandan pasukan yang datang menyusul, termasuk para komandan pasukan TNI AD yang sedang mengepung Istana Negara, Bung Karno merasa belum mendapatkan penjelasan yang memuaskan.

Demi mendapatkan informasi yang akurat Bung Karno lalu memerintahkan Kombes Polisi Sumirat untuk memanggil semua Panglima Angkatan.

Sumirat pun pergi keluar Halim dengan mengendarai jip yang dipinjamkan oleh Mangil.

Sekitar pukul 11.30 WIb sambil menunggu informasi, Bung Karno beristirahat di rumah Komodor Susanto yang merupakan pilot pesawat kepresidenan.

Tidak berapa lama kemudian datang Sumirat, melaporkan bahwa semua Panglima Angkatan sudah dihubungi dan menyatakan siap menghadap Bung Karno kecuali Pangdam V Jaya Umar Wirahadikusuma.