Find Us On Social Media :

Kisah Mereka yang Sempat Menjadi Korban Salah Tangkap, Terciduk karena Masalah Nama

By Ade Sulaeman, Sabtu, 30 September 2017 | 14:30 WIB

Intisari-Online.com - Operasi pembersihan secara besar-besaran untuk menangkap orang-orang yang diduga terlibat dalam kegiatan Partai Komunis Indonesia (PKI) pasca G30S 1965, terjadi di seluruh pelosok Indonesia.

Tapi karena operasi pembersihan yang dilakukan secara emosional dan melibatkan aparat keamanan serta sejumlah ormas, banyak kejadian salah tangkap atau kurang memahami kegiatan seseorang dalam suatu organisasi.

Kejadian di tengah suasana mencengkam yang sebenarnya bisa memicu tawa kadang berlangsung secara tak sengaja akibat nama orang yang ditangkap dan diduga terlibat PKI ternyata memiliki kemiripan nama.

Maklum dalam kasus operasi pembersihan PKI di Jawa misalnya, banyak nama yang mirip.

Misalnya orang yang sedang dicari bernama Suparmin ternyata yang ditangkap adalah Suparman.

Soal kesalahan nama ini bila aparat keamanan yang memeriksa tidak mau tahu, maka orang bersangkutan yang terlanjur diciduk dan sebenarnya salah nama, akan tetap dihajar, dihukum, hingga dikirim ke kamp tahanan politik di Pulau Buru, Maluku.

Tapi jika aparat yang memeriksa cukup baik, orang yang salah tangkap akibat salah nama itu bisa dibebaskan meskipun tetap menjalani berbagai macam pemeriksaan yang biasanya diiringi dengan aksi kekerasan.

Sebagai contoh ada seorang wanita di daerah Blitar, Jawa Tengah yang bernama Tasmi (saat itu 42 tahun) yang sedang bekerja di ladang dan tiba-tiba diringkus oleh aparat keamanan.

Tasmi ternyata dikira Yasmi, aktivis Gerwani PKI di Blitar yang sedang dicari-cari.

Meskipun Tasmi sudah mengatakan dirinya bukan Yasmi, ia tetap ditangkap dan dimasukkan ke dalam truk yang sudah penuh tahanan wanita kemudian dibawa ke kamp darurat militer untuk diinterogasi.

Mujur, kesalahan nama Tasmi yang sebenarnya bukan Yasmi bisa dipahami oleh komandan yang memeriksa dan Tasmi pun dibebaskan.